Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/26

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

duh nini angadeg kalih,
Larung Weksirsa,
hamet kunapa lari,


79. Amangun huti saha widi widana,
katur ing hyang berawi,
tumuli anembah sira,
sang inujaran,
sigra madeg analisir,
hamat kunapa,
sederan amilih-milih,


80. Katon sawa uryaning wawa binuang,
jalu rupa apekik,
irika tiningkaha,
samadi saksama,
ri parok ning sastra kalih,
mustining tiga,
weh bayu sabda urip ,


81. Kapungun-pungun atangi ikang sawa,
katon ratri anangis,
kadbutaning setra,
kumeter tekang angga,
anawe ring yayah bibi,
wawa lumumpat,
sinikep akaroni,


82. Winawa mereka kahananira Rangda,


hai anakku berdirilah berdua,
Larung dan Weksirsa,
ambil mayat dengan cepat.


Membuat upacara korban dan saji-sajian,
untuk dihaturkan kepada Betari Durga,
lalu menyembahlah mereka,
yang disuruh,
segera berdiri dan berjalan pelan-pelan,
mengambil mayat,
berkeliling memilih-milihi.


Terlihat mayat bekas baru dibuang,
mayat laki-laki tampan rupanya,
di sanalah dilaksanakannya,
sikap bersemadi, dengan segera,
berdasar penyatuan aksara suci yang dua.
panunggalan yang tiga .
(yaitu) memberikan tenaga, suara dan roh.


Setelah dipanggil-panggil mayat (yang telah hidup) itupun bangunlah,
(karena) terlihat gelap maka menangislah dia,
serta karena seramnya keadaan pekuburan,
gemetarlah tubuhnya,
memanggil-manggil ayah dan ibu,
baru melompat,
ditangkaplah dia oleh dua orang.


Dibawanya ke tempat si Rangda,


27