Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/21

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

kadi umot mina.

umungguh ing talaga,

weh racun pinaka bibit.

pejah sadina,

ken patih hewa angapi,


59. Yayi kalih kaya dudu punang naya,

rimbit akueh tinolih.

tinahang swacita,

setaning ambaranang,

urem mangke garobohi,

rohaning tilam,

reb griwania patiani.


60. Sama mangke yan wus pejah sira Rangda,

mastakania cinangking,

pawat marang Daha,

katurang seri narendra,

muang sakuehing rang nagari,

malar siweruha,

rupaning angdani gering.


61. Payu tang ujar mangke adan atingkah,

makadi ken apatih,

asemadi saksana.

umangang tikang duara,

angligas paduning samir,

ndan sira Rangda,

enak sira aguling.


62. Tanduwa sigra manjing tumerap ing sayana,

sahasa muak tan jerih,


seperti menangkap ikan,

yang ada di telaga,

berikan racun sebagai umpan,

mati dalam sehari,

sang patil kurang setuju.


Adikku berdua kiranya itu bukan akal yang tepat,

rumit banyak perlu diperhitungkan,

menurut hematku,

ibarat berburu,

rebut sekarang juga serta rusakkan,

di tempat tidurnya,

potong lehernya untuk membunuhnya.


Bersama-sama bila telah mati si Rangda,

kepalanya dijinjing,

dibawa ke Daha,

dihaturkan kepada sang raja,

dan semua orang di kota,

supaya mengetahui,

rupa orang yang menyebabkan penyakit.


Selesaikan kata-kata (perundingan)

baiklah sekarang bertindak,

sebagai pemuka yalah sang patih,

segera memusatkan pikiran,

terbukalah pintunya,

serta terbuka pula tirainya,

adapun si Rangda,

dengan lelap dia tidur.


Lalu segera masuk menyerbu ke tempat tidur,

dengan sekuat tenaga menusuk tak merasa takut,


22