Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/20

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

tiningkah sarwa sukar,

pakekesing greha aradin,

sama ginata,

punang duara akonci.


55. Kanggek citania kan apatih amulat,

anolih sarwi angling,

yayi rasanana,

akonci punang duara,

tambaknia tan wenang pinik,

mapa dayanta,

maran sidaning gati.


56. Ken demung, asawuran nenggah agampang,

paran ingucap malih,

gesang pura nira,

amangun kataragal,

ni Rangda yan sampun mijil,

perih patianana,

pira kesaktianing setri.


57. Taha denta masangaken kira-kira,

apan kasumbung sakti,

weruh amaya-maya,

weruh yan katekan baya,

hilang ika amerih urip,

nusup ing paran,

ratri henti inungsi.


58. Ken tumenggung sumawur wonten sopaya,

parihen sekarang aris,


dengan bunga-bunganya teratur,

aturan rumahnya bersih,

semua yang didatangi,

pintu-pintunya terkunci.


Kaget serta terhenyak hati sang patih melihatnya,

menoleh sambil berkata,

dinda ketahuilah,

terkunci pintu-pintunya,

tembok-temboknya tak dapat dinaiki,

bagaimana akalmu,

supaya berhasil perjalanan.


Ken Demung menjawab mengatakan gampang,

apa yang perlu dibicarakan lagi,

bakar saja rumahnya,

supaya bangun dengan terkejut,

si Rangda bila sudah ke luar,

usahakan membunuhnya,

seberapa sih kesaktian wanita.


Tidak cocok tipu muslihatmu itu,

sebab termasyur kesaktiannya,

bisa melenyapkan dirinya dari pandangan orang lain,

tahu bila dirinya kedatangan bahaya,

bila dia menghilang, untuk menyelamatkan diri,

ke mana (kita) pergi,

malam begini arah mana (kita) tuju.


Ken tumenggung menjawab mengatakan ada akal,

lakukan dengan tipu muslihat yang halus,

21