Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/19

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

grah amandra-mandra,

luir amungu nguling,

wus aluaran,

sakehing wong anangkil.


51. Semu mangu-mangu sakuehing tumingal,

kocapa madya ratri,

masangaming anidra,

asepi punang kala,

ni Rangda sampun aguling,

enak anidra,

tumakep punang semiri,


52. Sama ngungsi wasnanira soang-soang,

mung mari salit,

atunggu ing natar,

enak denira anidra,

tuhu pangaduning Widi,

henengekana,

punang duta wus prapti.


53. Mangke adan aningkah punang sanjata,

malah ebek ing margi,

sumaput ing pura,

sampun pineri wenca,

demung, tumenggung apatih,

jumugeng harsa,

pangastrian kang inengsi.


54. Kabinasa tinon sepacara natar,

abatur sela kiris,

tinerap bajra lepa,


guruh yang terdengar samar-samar,

laksana memperingatkan untuk pergi tidur,

telah bubar,

sekalian orang yang menghadap.


Termangu-mangu semua yang melihatnya,

diceritakan pada tengah malam,

pada waktu orang-orang tidur,

sepi keadaan waktu itu,

si Rangda sudah tidur pula,

lelap tidurnya,

tirainya ditutupkan.


Semua menuju tempat tidurnya

masing-masing,

tetapi pelayan yang kecil,

yang menunggu di halaman,

enak tidurnya,

sungguh takdir Tuhan,

kita tinggalkan tentang hal itu,

para utusan telah datang.


Sekarang baiklah mempersiapkan senjata,

malah penuh sampai di jalan,

mengurung rumah (ni Rangda),

sudah terpencar-pencar,

demung, tumenggung dan patih,

mendudu maju dengan hati yang bulat,

halaman rumah yang dituju.


Sangat menarik kelihatannya

keadaan halaman,

dengan batur batu yang halus,

dilapisi dengan bajra lepa (semacam semen pelindung),

20