Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/18

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

suanita atemah apui,

yangende perepanca,

semang-semang sawengi,


47. Duh nini kalingane hana suwapana,

paran kejar deniki,

pilih durmanggala,

sahenjang perayascita,

malar tan kena ring sarik,

henti aangsaya nira,

Ratna Manggali.


48. Semu mangu ni Rangda kangen ing anak,

sawetning asamu wingit,

luir madapa layuan,

muang wenesing wadana,

henti marma rasang hati,

jaya amuksama,

ri tungtunging pangaksi.


49. Tan mari winangwang seng nikang wayawa,

paniscaya ring hati,

baya apti karma,

luir cataka angarang,

amerih titisaning riris,

mene ri kapan,

sang diah sida alaki.


50. Kadadawan denira angucap-ucap,

malah siram hyang rawi,

tunggang acala,


darah yang berubah menjadi api,

itulah yang menyebabkan kesengsaraan,

berdebar hati sepanjang malam.


Oh, putriku ada bermimpi,

apa gerangan maknanya ini,

kiranya alamat tidak baik,

baiklah besok diadakan upacara penyuciannya,

supaya tidak kena penyakit,

hapuskanlah kerisauanmu,

oh anakku Ratna Manggali.


Termangu-mangu si Rangda memikirkan anaknya,

oleh karena berwajah sedih,

(maka terlihat) seperti daun muda yang layu,

dan muramnya muka,

serta semua kesedihan hatinya,

laksana menghilang,

di ujung pandangan matanya.


Terbayang pada warna tubuhnya,

kenyataan yang terkandung di hatinya,

kiranya yang diharap tak akan kesampaian,

bagaikan burung elang yang kesedihan,

mengharapkan turunnya hujan,

kapankah kiranya,

sang putri mendapat suami.


Berkepanjangan dia berucap-ucap!

malahan telah terbenam sang surya,

melangkahi gunung,


19