Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/17

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

kuneng sira Rangda,
gipih turuning natar,
merana ya rnasku nini,
sama lungguha,
sang diah arsa wot sari,


43. Tan sah asanding lawan swaatmajanira,
tan mari angarih-arih,
ketang tan sihing hyang,
heman durung saaras,
duh mas mirah ingsun nini,
punapa sira,
pinda pindaning wingit.


44. Kaya tan ing lagi-lagi polah ira,
wadana amenesi,
sampun kudu tuan,
atingkah mopewasa,
pilih punika andadi,
luruning warsa,
sang diah umatur aris.


45. Singgih kepi lunghu mahasing samudra,
muksa ikang sinjang,
winuating bayu bajra,
anuksama ring mega putih,
tan pawang matra,
wasanan nikang tapih,


46. Prapta ring umah kaping
rua nikang wigna,
tan duana gagak prapti,
lumincak ing natar,
angunjal denia ngutah,


maka sang Rangda,
segera turun ke halaman,
kernarilah anakku sayang,
sarna-sama duduk,
sang putri lalu menghaturkan sembah.


Lalu duduklah bersanding bersama putrinya,
tak henti-hentinya merayu-rayu ,
(anakku) terhitung bemasib sial,
kasihan belum bertemu jodoh,
oh anakku jan tung hatiku,
apa gerangan,
yang menyebabkan sedih.


Tidak seperti yang sudah-sudah
tingkah lakumu,
wajahmu murung,
janganlah anakku,
melakukan puasa,
malah hal itu menyebabkan,
suramnya warna dirimu,
sang putri lalu berkata.


Ya ibu, hamba mimpi pergi ke laut,
(tiba-tiba terasa) hilang kain dalamku,
diterbangkan angin deras,
lenyap di an tara awan putih,
tak terlihat samasekali ,
di mana tempat kain dalam itu .
Sampai di rumah untuk kedua
kalinya tertimpa bahaya,
sekonyong-konyong datang gagak,
berjalan meloncat-loncat di halaman,
setiap saat dia memuntahkan,

18