Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/111

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

wetning sampun awan,

bala wus sayoga,

abecik mangke dandani,

mungpung sang nata,

kari katangkilin jawi.


394. Manggut sira seri bupati saha semita,

sira kriana patih,

amit metu atitingkah,

akon anembang pangarah,

sigra anabeh anitir,

karungwang wiat,

bala peresama prapti.


395. Adenden haneng marga saha sanjata,

pasar sela atitip,

akweh mantrin nira,

sura sarang peperangan,

orem ketekeng margi-margi,

bingaring astra,

anerang anaru mirir.


396. Lakuning bala kadi genturing luah,

ariweg pipit-pipit,


sekanda-sekanda,

jujuluk seha tengeran,


hegar kadia angrenga jurit.


sampun atata,

selahira angresing hati.


397. Ki Jayasuwara muang Sidura Wacana,

matureng sira patih,


karena sudah tengah hari,

rakyat sudah siapa sedia,

lebih baik sekarang siap-siap,

kebetulan paduka raja,

sedang dihadap di penghadapan.


Mengangguk sang raja serta berwajah gembira,

beliau sang mahapatih,

permisi keluar (dan) mengatur,

menyuruh memukul kentongan,

segera dipukul (suaranya) nyaring,

memenuhi udara,

rakyat semua datang.


Beriring-iringan di jalan serta membawa senjata,

dari pasar berjejal,

banyak menteri beliau,

berani dalam peperangan,

berjejal-jejal sampai di jalan,

cahaya senjata,

mengalahkan cahaya bulan.


Jalan prajurit seperti air sungai banjir,

berdesak-desakan di tempat-tempat sempit,

berkelompok-kelompok,

sikapnya membawa tombak (disertai) tunggul,

gembira seperti mendengarkan pertempuran,

sudah siap sedia,

tingkah lakunya menakutkan.


Ki Jayasuwara serta Sidura Wacana,

berkata kepada pepatih,


112