Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/110

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

389. Tan waneh tuhwa paramesuara,

akon sang Asta Seni,

miket amidarta,

hana ngke Astadasa,

apan jitak-sare nguni,

sang para dwija,

pandiri tuhwa aji.


390. Aseng semita sang nata anadu kara,

bapa sang mahayati,

asih ta tulusa,

miketang Astadasa,

maran atemah kakawin,

maka paniruan,

dening sanagari.


391. Maran hana tinama maka pustaka,

dera putusang yati,

nan matang wiguna,

sandika seri nrepati,

tan dadi piwal,

anging agung sampuri.


392. Apan ulihing wiku alpa wiguna,

rumacanang kakawin,

paleh calanika,

sawetu aning gita,

kancit sira kriana patih,

perapta wot sekar,

sadnya seri nrepati.


393. Sama putus rinungun paboga-boga,

sapa hyun paduka aji,


Tak lain beliaulah leluhur paduka,

menyuruh sang pendeta (Astaseni),

membuat cerita (tersebut),

yang termuat dalam Astadasa,

oleh karena orang-orang pandai
jaman dulu,

(yaitu) sang para pendeta,

pandai sekali dalam ilmu.


Supaya ada dipergunakan sebagai
pustaka,

Tersenyum sang raja serta mencakupkan tangan,

tuanku sang pendeta agung,

teruskanlah perlindungannya,

membuat Astadasa (Parwa),

agar menjadi kekawin,

supaya dijadikan contoh,

oleh seluruh negeri.


apa yang sang pendeta katakan,

hamba mengikuti,

apa yang raja katakan,

hamba tak menolak,

tetapi hamba mohon dimaafkan.


Karena hamba sebagai seorang
pendeta tidak tahu,

merancangkan kekawin,

tentu dicela,

sesudah ada dalam nyanyian,

tiba-tiba datanglah sang patih
menghadap,

serta menyembah,

terhadap sang raja.


Sudah selesai berikan makan-minum,

bagaimana kehendak paduka raja,