Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/108

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

sadusun-dusun tani,

sangsaya supraba,

sebsebing swanegara,

tanana ngeran durgati,

kuneng ring henjang,

totoyan seri bupati.


381. Ndia kariyewah denira sang
peragiwaka,

prapta sesining wukir,

sesining ulusan,

sawonteria ring umah,

sama wateng negari,

marah sukania,

cihnaning wadua bakti.


382. Siwa Budha presama sinungan
boga,

katekeng para mantri,

kelu kabuyutan,

presama dinadaran,

tekeng dusun-dusun tani,

saka punpunan,

praya pajegeng puri.


383. Perenamia angenaki citaning
para,

nora kowaran rusit,

suka ramia-ramian,

sotaning kebobongan,

tan kurang tadah bukti,

asarah-sarah,

derewina witan Jawi.


384. Ndan sang nata wawu mijiling pahoman,

mentas sira sasalin,

sekaramaning nata,

awastra sumaguna,


sampai ke desa-desa petani,

tak ada sengsara,

termasyur di lingkungan negara,

tidak ada yang merasa sulit,

tersebut besok paginya,

odalan sang raja.


Mana mungkin ada kesulitan bagi
raja sebesar itu,

datanglah seisi gunung,

seisi laut,

seluruh isi rumah,

semua diserahkan ke puri,

menyampaikan kesenangan mereka,

sebagai bukti rakyat berbakti.


(Pendeta) Siwa Budha sama-sama
disuguhi makanan,

sampai pada para menteri,

serta para orang tua,

semua sama-sama diberi makan,

sampai petani dari desa-desa,

seluruh wilayah,

akhirnya diberi makan di istana.


Selalu (beliau) menyenangkan rakrakyat,

tidak ada yang jahat,

suka beramai-ramai,

karana kelebihan makmur,

tidak kurang makanan,

tak putus-putusnya,

minuman asal dari Jawa.


Tersebutlah sang raja baru keluar
ke pemujaan,

baginda telah berganti pakaian,

seperti cara-cara keraton,

berpakaian sumaguna,