Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/107

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

anjaluk pendetan,

wonten wadon tumandang,

kantania angembir-embir
angamet peras,

ring guwan nira sang yati.


377. Sigra tedun sang tapi makrak
kabangan,

sama kanta sekundi,

sahasa angerebat,

apudetaning natar,

sinuku sira sang tapi,

madianing kanta,

pepelan hieneng giring,


378. Males anekek kroda nehak
kanta.

mangoha nangis singil,

gurungnia lalewan,

akueh pada mialang,

geger sawonging pasisi,

sampun piniak,

sang mawiroda kalih,


379. Malahawan lakunira Sanghyang
Surya,

adandan sama mulih,

wus prapteng kahyangan,

inuyu tinarpana,

tetabuhania gumirih,

gereng angguntang,

sineranging gending curing.


380. Wiyaktara denia tigang dina
kasukan,


mengambil saji-sajian pendet (tari-an),

ada seorang wanita menari-nari,

lehernya geleng-geleng,

memegang sesajen peras,

di tempat sang pendeta.


Segera turun sang pertapa menjerit

mukanya merah,

sama leher (beliau seperti) leher
kendi,

serta dengan keras merebut,

bergelut di lantai,

disiku beliau sang pertapa,

pada bagian tengah leher,

berlipat sampai ke punggung


Membalas marah memegang leher,

yang dibalas menangis meringis,

tangisnya mendengus,

banyak yang melerai,

geger semua orang yang di pantai,

sudah terlarai,

kedua orang yang bertengkar
tersebut.


Sampai pada waktu tengah hari,

berkemas-kemas akan semua pulang,

setelah sampai di tempat suci
(pura),

dipersembahi pemujaan,

tetabuhan suaranya gemuruh,

(tetabuhan) garong (dan) aguntang,

disertai dengan gamelan semar
pagulingan,


Kira-kira ada tiga hari bersenang-senang,