Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/106

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

bendenia tinepak,

pereret asawuran,

kumereteg suaraning bedil,

surak asimban,

tetabuhan gumirih.


373. Silih tundung lakunia hana ring awan,

ariweg sajalu setri,

sakwehing okokan,

angotkot kumaluntang,

yaya mantuk hanang warih,

sineranging kungkang,

gumuruh amelingi,


374. Sampun prapteng samudra asukan-sukan,

hebek hanang pasisi,

munggahing panggungan,

saranta kuyengyengan,

arebat silih linggenia,

wonten kasegan,

tan pantuk denia alinggih.


375. Amurat-marit kiwari katuturan,

sesegan wetu tangis,

uningnia amungpang,

paaku Hyang Manik Gangcang

akundah tan polih linggih,

kunang sang dwija,

sampun amujeng widhi.


376. Ndan kiwari kari aseron angakak,

romania mureng pipi,


beri (dipukul),

bendenya dipukul,

sompret bersahut-sahutan,

gemetar suara bedil,

sorak sorai,

(disertai) suara gamelan gemuruh.


Saling dorong mereka di jalanan,

bercampur laki-laki wanita,

karena banyaknya orang,

saling mendahului,

berebut tempat saling mendahului,

yang ikut terlambat,

ribut menggerutu.


Sesudah sampai di pantai semua bersuka-sukaan,

penuh di pesisir,

ada yang naik di panggung,

berputar pelan-pelan,

berebut tempat saling mendahului,

ada yang terhambat,

tidak dapat tempat.


Menjerit-jerit sang pemangku berkata-kata,

tersedu-sedu keluar tangis,

kata-katanya tidak karuan,

aku Sanghyang Manik Gancang,

bersimpuh tidak dapat tempat,

tersebut sang pendeta,

telah mendoa kepada Sanghyang Widhi (Tuhan),


Tetapi sang pemangku masih suara

tidak karuan (serta) terbahak-bahak,

rambutnya berhamburan di pipi,