Kaca:Geguritan Bagus Diarsa.pdf/7

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

Karya yang akan dinikmati di akhirat diutamakan, tetapi dirinya jadi miskin, juga dirinya tidak punya apa-apa, apa yang tidak punya, Ni Sudadnyana dikatakan, tidak mempunyai perasaan marah, tetap berpegang pada darma.

8. Sekarang dirinya sudah terlalu miskin, baru akan berusaha, berusaha sedikit-sedikit, bekerja mencari upah menunun, sesuai dengan pekerjaan wanita, sekedar dapat sesuap nasi, sekedar nasi dan sayur, supaya bisa makan.

9. Kemudian sekarang diceritakan, ada judian di desanya, diadakan setelah upacara adat (dewa yadnya), atas kehendak Anak Agung, ayam dengan taruhan besar, konon I Bagus Diarsa, di rumahnya tidur, karena tidak punya uang, tidur bagaikan orang mati.

10. Ni Sudadnyana tahu akan keadaan suaminya, datang pelan-pelan berkata alus membangunkan, bangunlah kakandaku, mengapa kakanda tidur, judian amat ramai di pasar, mengapa kakanda cemberut, kalau tidak punya uang, kenapa tidak bilang kepadaku.

11. Mungkin ada lima puluh atau seratus, lebih-lebih lagi dua ratus atau empat ratus, saya dapat berusaha, kain dan selimut saya akan gadaikan dahulu, apa yang harus dikasihani, asal kakanda bisa mengisi maksud, bersenang-senang hati, I Bagus Diarsa berkata.

12. Kenapa kau demikian, yang laki berkata, apa benar saya harus mencuri, merampok segala macam, mengikuti nafsu yang jelek, kalau sudah ada di rumah, saya tidak masalah lagi, Ni Sudadnyana berkata, ya sekarang saya berangkat.

13. Mencari uang menggadaikan selimut, suaminya berkata, pesanku padamu, caramu supaya benar, jangan berbohong, istrinya lalu berangkat, membawa sehelai selimut, dapat digadaikan delapan ratus, kemudian I Bagus Diarsa mandi.

14. Setelah habis mandi lalu bersisir, mengolah rambutnya, memakai selempot loreng kotor, dengan memakai ikat ping-

6