Kaca:Geguritan Bagus Diarsa.pdf/8

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

gang, lalu ke luar, uangnya sudah dibawa, memakai keris
dengan tangkai kayu sakti, menuju di bawah wantilan,
karena sedikit membawa uang, bertaruh sambil berdiri.

15. Sekalipun tidak dapat menang, uangnya hampir habis,
tujuh ratus sudah habis, uangnya sisa lagi seratus, ke ping­gir sambil membuang muka, karena sudah menjelang sore,
berbelanja membeli nasi, pedagang segera menghidangkan,
kemudian mulailah ia makan.

16. Baru mengambil makanan, tiba-tiba ada orang datang, orang
peminta-minta, berjalan dengan memakai tongkat, dengan
membawa sesuatu, orang tua yang sudah bungkuk, kedua
kakinya luka, lendir lukanya bertetesan, baunya busuk
dan amis.

17. Ulat lukanya kelihatan bergerak-gerak, lalat berkeliaran,
seperti labah-labah beterbangan, pelis matanya banyak,
matanya kotor dan suram, sambil jongkok lalu berkata,
tuanku yang mulia, saya mohon sisa makanan sedekah, perut saya sangat lapar.

18. Bagus Diarsa berkata dengan halus, mari, naiklah! kita makan bersama-sama, orang tua itu berkata dengan halus, tidak saya tidak mau, saya ingin sisa-sisanya, Bagus Diar­sa menjawab, hai, kek mari naiklah, bersama-sama dengan saya makan.

19. Memang saya seharusnya acuh tidak acuh, tidak tahu ting­kat kasta, dan tidak tahu mengenai asal, usul kakek, seka­lipun
kakek seorang yang jelek, tua bungkuk dan luka­-luka, saya merasa malu, memberikan kakek sisa-sisa nasi, akhirnya ia ditarik, dipaksa diajak makan bersama.

20. Maafkanlah tuanku yang mulia, saya seorang yang jelek,
Bagus Diarsa menjawab, kek duduklah di sana, akhirnya
makan bersama, pedagang nasi membuang muka, mem­buang mata sambil menutup hidung, mereka enak makan berdua, tidak kekurangan nasi dengan lauk pauknya.

21. Akhirnya setelah habis makan, lalu makan sirih, orang


7