146. Hyang Penyarikan bersenda gurau, walaupun demikian jarang para atma yang jujur, para atma lagi berkumpul, payah nafasnya terengah-engah, Hyang Penyarikan memberikan semua bubur, minta sedekah, sama-sama satu sendok, sekarang diceritakan kisah I Bagus Diarsa
147. Diceritakan perjalanannya, megikuti bulu ayam, kelihatannya menuju ke atas timur, kahyangan Betara Guru, kanan luar yang sangat indah, pembangunannya semua serba mas, I Bagus Diarsa akhirnya, berhenti di halaman luar, bulu, ayam itu masuk kahyangan.
148. Betara Guru teringat, I Bagus Diarsa, datang di halaman luar menunggu, lalu bersabda, Wiracita lihatlah, jemputlah ayahmu, ajaklah ayahmu ke mari, Wiracita menjawab, lalu keluarlah ia.
149. Sekarang dijumpailah ayahnya, di bawah pohon beringin, duduk menghadap ke timur, datanglah I Wiracita, menyembah bersenda gurau, ayah marilah pergi ke dalam kahyangan, atas sabda Betara Guru, Bagus Diarsa berkata, siapa engkau ini.
150. I Wiracita menjawab bergurau, apa memang ayah lupa? anak ayah tidak diketahui, lalu I Bagus Diarsa, akhirnya meraba-raba, memang ayahmu lupa, tiba-tiba kau sudah besar ayah jumpai, si kakek itu di mana, I Wiracita menjawab.
151. Ya beliau sekarang menjadi Betara Guru, inilah kahyangannya, saya minta mari kita sama-sama ke sana, Bagus Diarsa bangun, lalu memperbaiki pakaian, lalu berjalan dengan penuh tata tertib, bidadari banyak yang keluar mengintai dari jendela, menonton I Bagus Diarsa.
152. Saling cubit berkata berbisik-bisik, itu mertuamu, datang ke mari kamu, lalu mereka bersenda gurau, lalu dijawab dengan senyum, kakak juga bermertua, kepada I Bagus Diarsa, lekaslah sapa dulu, yang lain berkata lagi.
153. Lebih baik itu yang baru datang, umurnya lebih tua lagi
27