mui suatu kebahagiaan.
85. Sekarang diceritakanlah I Bagus Diarsa, ketika masyarakat desanya, baru selesai mengadakan upacara dewa yadnya, kemudian mendirikan wantilan, memang kehendak Anak Agung, uran ayam dengan taruhan puluhan ribu, konon I Bagus Diarsa, diharuskan mengadu ayam. dengan taruhan 30 ribu.
86. I Bagus Diarsa sudah tidak punya apa-apa, merasa ia dengan diri diupayakan, karena miskin sudah tidak punya apa-apa, lalu teringatlah ia kepada si kakek tua yang kakinya luka, kemudian berkata kepada istrinya, aku besok pagi, akan pergi ke rumah si kakek tua, mencari ayam untuk uran, baik-baiklah kau di rumah.
87. Tidak terkatakan malam berlalu hari telah menjelang pagi, I Bagus Diarsa, bersiap-siap akan pergi, ke sanggar lalu mengambil, bulu ayam tiga helai, sampai di jalan raya, dilepas ketiganya, semuanya terbang menuju arah timur laut, I Bagus Diarsa mengikuti dari belakang.
88. Makin jauh perjalanannya, sawah ladang terlampaui, sekarang arahnya tetap ke timur, dijumpailah hutan besar, jalannya turun naik tebing, tebing yang curam, semakin jauh perjalanannya, dunia dilihat semakin aneh, seperti tidak ditempati manusia.
89. Gunung tujuh buah telah dilampaui, dijumpainya sekarang ladang yang luas, jarak antara timur dan barat sangat luas, sama juga dengan jarak utara selatan, tidak ada kayu-kayuan, hanya rumput dengan lalang melulu, tidak ada kelihatan gunung, hanya tanah dan langit, luasnya sejauh pandangan.
90. Banyak para atma dijumpai, atma yang berdosa, kepanasan merasakan ketakutan, di ladang itu berkumpul, semua menjilat embun, yang ada di ujung alang-alang, ada atma bayi dijumpai, berjalan bersama-sama pada membawa, membawa tempurung semua.
18