kelihatan kadang-kadang tidak, adalah diceritakan sekarang, kelihatan di Purwa Sumuuh, sebuah sorga milik Betara Siwa, sinarnya berkilauan.
48. Sang Sapta Resi sama mengucapkan mentranya, menjemput Betara Siwa, Betara dan Bidadari, sang Sapta Resi ribut
bermentra, sangka sinranging garantun, sudah sampai di
halaman luar, di sana duduklah Betara Siwa, di atas padma manik suteja, dihadap oleh para bidadari.
49. Sang Sapta Resi ribut mengucapkan mentranya, sama-sama
menghaturkan sembah, sama-sama menghaturkan air pembasuh/pembersih, tangan dan kaki, disertai dengan
bau dupa harum, memang begitulah tata caranya, kisah di kedewataan, I Wiracita tercengang, karena baru baru di sana.
50. Kemudian bersabdalah Batara Guru/Siwa, hai para resi semua,
bersihkanlah orang ini, supaya tidak mengotori, kedudukannya
supaya sama dengan para bidadara, sang Sapta Resi menurut, Sembari dibawa ke sungai, di sungai Suranadi dibersihkan.
51. Setelah dibersihkan lalu diajak pulang, sudah diupacarai,
tata cara sudah cukup, dengan meminum tirta amerta,
ditasbih oleh para bikku, sekarang sudah persis bidadara, bersalin
rupa menjadi orang tampan, sudah menjadi satu, dengan sang bidadara.
52. Sekarang diceritakanlah I Bagus Diarsa, dengan Ni Sudadnyana, karena ditinggalkan anaknya, tidak ada perubahan perasaan, memang teguh memegang darma, sama seperti ke mari kita, di rumah tertawa riang, kalau ada pekerjaan dikerjakan, namun rasa setia kepada anak itu tetap ada.
53. I Wiracita sekarang diceritakan, selama dia di sorga, selalu
gembira, setiap hari pergi bersenang-senang, bahagia makan dan minum, menonton keindahan sorga semua, diceritakan ada sebuah sorga di hulu, sorga putih di ti-
12