Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/53

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

4. Siang malam kegerahan, seperti direndam air panas, mana Tuhan yang adil mengasihi, lekaslah, bunuh saya, supaya segera saya dapat menyusul. orang yang sudah mati, Isin Raden Mantri mendengar.

5. Raden Mas Tilamnegara, sangat kasihan. belian mendengar orang menangis. akhirnya berkata perlahan. "Junjunganku mohon lepaskanlah orang itu. menderita tersiksa, sungguh kasihan saya melihatnya".

6. I Dewi Sekar Kancana, tersenyum dan berkata mengerjakan. sang dewi mengheningkan cipta, menghadap ke timur laut, api mati seperti disiram air, lagi sang dewi mencipta, untuk menghancurkan tali pengikatnya.

7. Naga pasa (senjata naga) lenyap. Raden Ambarapati lalu berkata "Siapakah tuan, menaruh belas kasihan kepada orang tersiksa," Mantri Mas Tilar negara berkata, "Saya dari Nu- sambara, putra raja di sana.

8. Saya berkelana ke mari, untuk mencari saudara saya mudah- mudahan dapat berjumpa, karena yang kucari adalah kakak- ku, dipisahkan di pulau Emas, waktu masih kecil, beritanya ada orang memungutnya, putra raja, dari negara Ambara- madya.

9. Raden Ambaraniadya, sangat terkejut mendengar, lalu ber- kata dengan perlahan, "Oh sungguh tuan, ipar saya dan saya memohon maaf sebesar-besarnya, saya yang mengambil dahulu.

10. Kakak tuan, tetapi nasib telah menentukan. Raden Dewi sudah meninggal, tetapi belum dikuburkan, ayatnya masih di taman sari, didahului saya menderita, kalah berperang.

11. Musuh saya I Megantaka, dari Melaka datang menyerbu ke mari, prajurit dan kelunga tidak ada yang tinggal, semua ditiup, oleh angin, hanya saya yang tinggal menderita, hanya berdua, hidup dan mati dirasakan sama.

12. Sekarang Sang Megantaka, masuk ke istana, Mas Titarnegara, sangat sedih mendengar, ingat dengan kakaknya, berlinang-

53