Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/52

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

65.Malammnya hujan angin sampai pagi, tidak diceritakan lagi, Raden Megantaka. sudah masuk istana. diceritakan raja ayah naden Mantri, pergi mengungsi ke hutan, bersama semua isi istana.

66. Raden Megantaka sangat terkejut beliau melihat, ada mayat, ditutupi kain berwarna-warni, lalu beliau membukanya, dan dilihat, mayat Raden Galuh.

67. Berkata dalam hatinya, ya sungguh adinda sudah meninggal, mati mendadak, rupakanya adinda, tidak mau dijodoh- kan, karena teringat pada saya, lalu bunuh diri.

68. Bangkitlah dinda jungjunganku, sapalah saya, apa jadinya, saya ditinggal, karena tidak lain yang diharapkan, dalam pikiran, seperti duduk berdampingan.

69. Sungguh sayang mayat ini dibuang karena seperti hidup saja, kecantikannya menggoncangkan hati, seperti pada lemah gemulai, kulit kuning, yang manakah dewa ini yang mau menghidupkannya kembali.

70. Jika adinda hidup, supaya adinda, menguasai dunia, saya sebagai abdi, menjadi budak adinda, tidak diceritakan lagi yang di taman sari


IX

1. Diceritakan sekarang yang dalam perjalanan, Raden Mantri Mastilar Negara, perjalannya agak cepat, I Dewi Sekarkencana, berkata kakak, marilah menuju ke sini, ke tegalan yang luas, mungkin sedang terjadi peperangan.

2. Berkata sambil tersenyum raja putra, "Ya terserah adinda lalu berjalan lebih cepat, sampai di tegalan yang lapang terlihalah, Tuan Mantri menyedihkan, bersama pelayannya bersambatan menyedihkan hati.

3. Ya adinda lebih baik sekalian, waktu pergi dari pulau, tenggelam di tengah lautan, sekalian mati bersama, sekarang seperti sudah mati saja, saya menderita, sungguh sakit diikat denga tali.


52