Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/51

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

56. Sama-sama berani dan tangguh berperang, mayat-mayat bergelimpangan, akibat berperang, disebut yang bernama I Tatitangedap mundur, dihalau oleh Tumenggung Sanggabumi .

57. Mundur dan takut prajutit Tatitangedap, karena kalah berani, orang-orang Ambaramadya, tidak mau mundur, dilihat oleh Raden Mantri , Sang Megantaka, prajuritnya mundur.

58. Lalu dia maju ke depan mengeluarkan kesaktiannya, dicipta angin kencang, lalu datang angin yang kencang, tiada hentinya, kayu, batu semua roboh, prajurit Ambaramadya tidak ada yang tinggal.

59. Semua hilang ditiup angin kencang, hanya tinggal Raden Mantri, berdua dengan pelayannya, lalu segera dipanah, dengan naga pasa (nama panah) setelah hilang angin itu, naga pasa terus melilit.

60. Lalu Raden Mantri dituntun bersama pelayannya, oleh I Ujangritis, setelah sampai di hadapan, sang Megantaka, lalu dengan senang menertawai sambil berkata, "Ambaramadya sungguh keturunan anjing.

61. Orang berbelas kasihan kau balas dengan penghinaan, sekarang rasakan, aku membalas, penghinaanmu yang sudah lalu", lalu Tuan Mantri diikat, bersama pelayannya, di ladang sangat menderita.

62. Panas terik dan dikelilingi dengan bara api, tangan dan kaki diikat, sangat panasnya, panasnya berlebih-lebihan perkataannya menyayat hati , beliau minta segera dibunuh.

63. Oh permata hati lihatlah hamba, siang malam diikat, panas terbakar, seperti tidak merasakan diri , lebih balik sekalian mati, yang saya puja, supaya segera bertemu.

64. Tidak tahan saya menderita hanya adindaku sungguh tega meninggalkan saya, lebih baik bersamaan dahulu, tidak menemui penderitaan seperti sekarang ini.

51