Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/41

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

21. Kalau kanda kuat melayani, saya tidak menolak, sekarang marilah kanda makan, saya akan membakar (memasak) lauk dulu, anak anjing lima belas, tikus delapan belas, Tuan Mantri lalu berkata.

22. Silakan adinda makan, saya nanti akan makan, Ni Limbur makan pelan-pelan, selalu di pangkuan, setelah ada sebulan, memang sudah saatnya guna-gunanya luntur, makin tidak berpengaruh guna-guna itu.

23. Lalu guna-guna itu menjadi burung layang-layang putih, terbang ke timur laut, Tuan Mantri lalu sadar, melihat Ni Limbur seperti tai, lalu diterjangnya Ni Limbur, jatuh ter- seruduk, Tuan Mantri lari dengan segera.

24. Tidak pernah menoleh ke belakang setelah tiba di dalam taman, menuju mayat istrinya, sambil beliau menangis, sampai di sana, kain penutupnya dibuka, lalu dilemparkan ke halaman.

25. Dilihat Raden Dewi, mayatnya seperti hidup, seperti Diah Supraba tergeletak, tiada sedikit pun ada yang bengkak, di- lihat dan terus diperhatikan, seperti tertawa dan tersenyum, Tuan Mantri memeluk dan mencium.

26. Aduh adinda permata hati, junjungan jiwaku, sungguh sampai hati dindaku, meninggalkan saya, ajaklah saya secepatnya, biar bersama-sama mati, mengapa saya ditinggal.

27. Kalau menurut perkataan adinda, berdua menderita maupun bahagia, kenapa sekarang begini jadinya, oh manakah dewa yang adil, sertakanlah saya, dalam kebahagiaan maupun pen- deritaan supaya selalu bersama-sama.

28. Hal ini sudah disampaikan kepada raja, maupun permaisuri, karena sangat lupa (terpengaruh guna-guna), akhirnya Tuan Mantri ingin mati saja, sibuk raja lari ke Taman sari diikuti oleh permaisuri dan adik-adiknya.

29. Paduka dan permaisuri, semua seisi istana, ikut ke Taman sari, setelah sampai di dalam taman, raja dan permaisuri, melihat mayat menantunya, kagum raja melihatnya.


41