Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/39

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

5. Juga selalu sujud dan hormat pada kakanda, tidaklah se-
perti diriku orang nista, dipuji-puji tetapi maksudnya meng-
hina, menyebalkan pikiran selalu, sekarang kanda sudah beruntung, mendapat gadis yang cantik, dan dihadiahkan oleh ibunda.

6. Besok akan saya tonton kakanda, dari tempat saya di alam
sana, apapun yang terjadi, ini milik kanda, masih utuh, suruhlah membuang, sampaikan pada beliau besok.

7. Jika saya masih hidup, sedikit pun tidak mau hilang, se-
karang saya akan tiada (mati), jika ada yang hilang, saya mempunyai seorang saudara, dia orang kampungan, harap
kanda memaafkannya.

8. Darah Raden Galuh terus keluar, berbau harum memenuhi
taman, diceritakan malam menjelang pagi, burung-burung
di pohon kayu ramai berbunyi adapun Raden Galuh, pi-
kirannya selalu pada Raden Mantri, lalu beliau menyembah (mendoa).

9. Pikrannya ditujukan kepada Raden Mantri, dengan waspada seperti dilihat dengan nyata, setelah menyembah (mendoa)
lalu seketika meninggal dunia, ramai tangisan orang di taman,
laki perempuan tersedu-sedu, lebih-lebih I Rasadria.

10. I Sentul, I Soka semua menangis, setelah Raden Galuh me-
ninggal timbul tanda-tanda, datang hujan angin tak di-
sangka-sangka, dunia gelap gulita, gempa bumi dan ada pelangi di langit guruh bergemuruh seperti sengaja ribut.

11. Setelah mayatnya dimandikan, lalu ditutupi sutra putih,
kumbang berterbangan, semua membawa sari bunga, mayat-
nya dikerumuni oleh kumbang, ditutupi dengan bunga, lengkap semua jenis bunga.

12. Semua bunga yang ada di taman sari, semua bersedih hati,
bagaikan ikut dalam penderitaan lepas berjatuhan ke te-
laga, seperti sengaja menghanyutkan diri, bunga gadung seperti gelisah kelihatannya.

13. Gelisah karena tidak dapat berpegangan, akhirnya jatuh


39