Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/38

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

kam sambil memejamkan mata.

48. Kena dadanya tuan dewi, darahnya seperti air pancuran keluar, terkejut dan menjerit tuan dewi, minta tolong segera, para pengawal datang, I Sentul menarik keris, me- ngejar dengan segera, ribut semua mengikuti, akhirnya terkejar juga, di luar taman.

49. Serentak mereka menombak. I Sentul berkali-kali menikam dengan keris, matilah I Langlangduta, lalu mereka segera kembali, menuju tempat Raden Galuh, terdengar suara tangisan sangat ramai, Ni Rasadira tiada jauh, memegang Raden Galuh, dan I Soka sibuk meniup telinga Raden Ga- luh.

50. Kemudian sadar Raden Galuh dan berkata, adik-adikku janganlah bersedih hati. Sentul dan Soka baik-baiklah. menjaga diri di sini, kakak akan pergi (mati), karena sudah kehendak Tuhan, siapa yang disesalkan, janganlah diberi hidup lagi, karena hanya menambah sangsara.

VII. 1. Lalu Raden Galuh menangis. dengan bersambatan memilukan hati, kakandanya disebut-sebut, kenapa begini jadinya, saya kira, memang benar-benar, kakanda mencintai saya.

2. Lanjutkanlah kanda menikmati madunya cinta, saya mohon diri, kalau menjelma lagi, saat itu saya melanjutkan meng- abdi, walaupun tujuh kali menjelma, supaya tetap bertemu, jika saya dapat menjelma.

3. Adapun selimut sutra yang putih, itu saya minta, untuk penutup mayat saya, jika kanda berkenan, setelah saya mati nanti, pulanglah kanda ke tamansari, lihatlah mayat saya.

4. Jika saya masih hidup, tidak usah kanda ke taman, supaya jangan menjadi ribut, supaya jangan karena saya, membuat fitnah, terhadap istri kanda yang cantik, yang selalu mem- bahagiakan kakanda.

38