Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/12

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

nangis, berlayar dengan perlahan, seperti perahu juga merasa berat, setelah perahu jauh, tidak diceritakan lagi si patih, dalam pelayaran (di lautan) diceritakan sudah turun di pelabuhan.

27. Masing-masing pulang ke rumahnya, disebutkan sekarang putra raja, mereka tinggal berempat , ditinggal oleh patih, ada kira-kira lima bulan, lamanya tuan Galuh, setiap hari mencari batu-batu karang, senantiasa mengelilingi pesisir, dengan I Nginte, disertai dua orang pelayan.

28. Terlihatlah gunung Nusambara, samar-samar dilihat, tidak seberapa jauh, sungguh menyiksa hati, diselimuti oleh awan, raja putri termangu-mangu, memperhatikan dengan pandangan kosong, akhirnya beliau menangis, dengan bersesambatan menyebut ibu dan ayah.


II.

1. Ayah , ibu, dan adikku lihatlah saya, sangat lama menderita , lebih baik mati , tidak perlu dibuang, maafkan saya ayah , apakah penebus dosa saya.

2. Karena terlalu lama begini, berpisah di tengah lautan, berapa bulan batas waktunya, mungkin sampai setahun , dan perbekalan saya habis, di mana saya minta makan, siapa orang yang menaruh belas kasihan.

3. Pelayannya semua menangis, merasa sangat kasihan, I Nginte lalu berkata, " Aduh , tuanku junjungan, janganlah tuanku , terus-menerus menyebut-nyebut ayah tuanku."

4. Lalu dimomongnya tuan putri, sambil mencari siput laut, memungut kemalan dan kekehan (nama siput laut), kepiting dan bunga karang, gurandange berserakan, kira-kira pukul tiga , mereka kembali pulang.

5. Dengan segera menuju ke pondok, sibuk membakar (memasak), lalu ikan kima dimakan, kekehan dan gurandang, tetapi tidak ada nasi dimakan, karena memang tidak punya nasi, rupanya terlalu banyak yang dimakan.


12