Kaca:Fungsi dan Makna Teka-Teki Dalam Dongeng Bali.pdf/5

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

fungsi sebagi penghubung dua kata, terutama yang se- ring terdapat dalam bahasa tulisan (yang bersifat kuna). Dalam dongeng ini nama tersebut dijadikan nama kelompok perhari untuk menyebut anak-anak Jro Dukuh Kejampal. Tapi yang jelas nama ini masih berhubungan dengan jenis tari-tarian.

Dari keterangan di atas dengan ditampilkannya tokoh-to-koh tersebut mito ini mempunyai tujuan sebagai yang terurai nanti di bawah.

Fungsi teka-teki

Seperti dikatakan di atas dongeng ini bersifat otiologis, yang menerangkan dua hal: 1. Tentang riwayat tari-tarian (aspek kebudayaan) I Tos- Ning Dadap dan I Tosning Presi yang merupakan tari-tarian kea- gamaan yang dipakai pada kuil-kuil tertentu. 2. Tentang riwayat gunung Kedampal yang lebih rendah da- ri gunung Agung (tentang peristiwa alam).

Kedua hal tersebut dijalin dalam alur yang terbagi atas tiga plot, yaitu: pertama plot perkenalan, yaitu plot yang men- ceritakan Jro Dukuh Kedampal berputra enam belas orang: kedua plot konflik yang menceritakan kelebihan yang dimiliki oleh Jro Dukuh Kedampal sehingga menimbulkan konflik dengan Betara Mahadewa dan ketiga plot penyelesaian yang menceritakan ten- tang kekalahan Jro Dukuh Kedampal dengan menyerahkan anak-anak nya serta pemotongan gunung Kedampal. Unsur teka-teki muncul pada plot konflik yang dipakai sebagai jalan dengan bertaruh- untuk menyelesaikan konflik antara Betara Mahadewa dengan Jro Dukuh Kedampal. Dan teka-teki cecimpedan, cimpedan) tersebut ada dua yakni, bengkot ping kalih, bunter apisan (lengkung dua kali, bulat sekali) dan I Dakah mabuah Dikih, I Dikih mabuah I Da- kah ( I dakah berbuah I Dikih, I Dikih berbuah Dakah). Teka- teki pertama menurut keterangan Dr. J.L Swellengrebel telah me- rupakan teka-teki yang terdapat dalam sastra Jawa Kuna dan yang berfungsi juga dalam hubungan dengan soal keagamaan. Sekarang disinipun teka-teki tersebut dipakai dalam hubungan yang sama