Kaca:Fungsi dan Makna Teka-Teki Dalam Dongeng Bali.pdf/4

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

yang bertahta serta berkuasa di Gunung Agung, yang merupakan- tokoh dewa tertinggi dan terpenting dalam dunia kebudayaan o- rang Bali serta yang selalu menjadi pusat penceritaan dalam ba bad dari dinasti raja-raja Bali-Majapahit dalam hubungannya de- ngan kuil besakih 3). Bagawan Wrehaspati adalah seorang pendeta di sorga yang antara lain berfungsi juga sebagai penasehat pa- ra dewa. Sedang Manik Kumala Geni dalam konteks dongeng ini adalah nama tari-tarian milik Betara Mahadewa, jadi merupakan tari-tarian suci. Di Bali ada kepercayaan bahwa pada kuil-kuil tertentu terdapat benda-benda, binatang-binatang dan lain-lain nya yang menjadi milik Betra yang di puja kuil tersebut. Menurut nasakh lain, yaitu Babad Pasek (Kirtya Va963/6) nama tersebut walaupun dalam bentuk agak lain bukanlah/untuk tari-tarian melainkan nama salah seorang anak perempuan Betara Ma- hadewa, yaitu Betara Manik Geni yang kemudian bersuamikan Mpu Geni Jaya. Tentang Jro Dukuh Kedampal, kalau hanya kita Pan- dang klennya saja, yaitu Dukuh, memang merupakan nama klenyang memegang peranan penting dalam masyarakat Bali, yang menurut tradisi dapat menjadi pendeta walaupun orang tersebut bukan be rasal dari wangsa Brahmana. Dengan gelar Jro di depan nama klen nya (Dukuh) dapat diketahui bahwa tokoh ini adalah seorang pen deta yang dalam konteks dongeng ini berasal dari bukit Kedam- pal.4) Bukit (gunung) ini terletak di sebelah timur gunung Agung. Dan nama Dukuh sering didapati memegang peranan penting dalam dongeng-dongeng Bali. Berkenaan dengan I Tosning Dadap dan I Tosning Presi, sepanjang pengetahuan penulis bukanlah nama to- koh yang terkenal dalam masyarakat Bali. Dalam Kenyataannya se karang yang terdapat adalah nama basis prasi dan basis dadap- yang merupakan salah satu dari bermacam-macam tarian upacara di Bali yang masih ada di daerah Bali pegunungan 5). Dalam dongeng ini penyebutan I Tosning Dadap dan I Tosning Presi rupa-rupa- nya menunjuk pada sifat otiologik dari mito ini karena bentuk tosning secara linguistik berhubungan dengan bentuk tos, totos- an yang berarti turunan. Sandang nira adalah morfem yang ber- nama