Kaca:Fungsi dan Makna Teka-Teki Dalam Dongeng Bali.pdf/3

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

FUNGSI DAN MAKNA TEKA-TEKI DALAM DONGENG BALI:

SEBUAH CATATAN SINGKAT

I Gusti Ngurah Bagus.

Pengantar:

Text dongeng yang tersaji ini diambil dari Gedong Kirtya Singaraja, dengan nomor 1719 VIb, yang dikumpulkan oleh almarhum Walter Spios dari seorang yang bernama Wayan Sabda berasal dari desa Selat, kabupaten Karangasem.

Pembubuhan kata tutur pada dongeng tersebut memberi ciri bahwa jenis dongeng ini merupakan jenis yang tersendiri dalam sastra lisan dalam bentuk satua (dongeng) di Bali. Hal ini berbeda dengan jenis satua lainnya seperti dongeng-dongeng Si Miskin dan Si Kaya, Si Pandir, Si Ayam Hitam dan lain-lainnya. Jenis dongeng yang demikian ini telah pernah kami bicarakan dalam satu tulisan untuk seminar peringatan sepuluh tahun berdirinya Fakultas Sastra, Universitas Udayana di Denpasar 1).

Kata tutur atau dalam bentuk turunnya katuturan dalam bahasa Bali yang mempunyai arti yang banyak tapi dalam konteks sastra lisan khusus menunjuk jenis dongeng yang menceritakan tentang sesuatu asal-usul atau riwayat. Jadi dongeng atau mito ini dapat kami katagorikan dengan mito yang hormotif otiologik 2)

Bahasa yang dipergunakan dalam dongeng ini adalah bahasa Bali modern, tapi gayanya tidak sebagus seperti yang biasanya pada sastra lisan lainnya. Penokohan dan latar belakang.

Tokoh-tokoh yang memegang peranan dalam mito ini adalah Betara Mahadewa, Begawan Wrehaspati, Kumala Geni, Jro Dukuh Kodamnal, serta anak-anaknya yang dibaginya atas dua kelompok yang masing-masing diberi nama I Tosning Dadap dan I Tosning Presi. Keenam tokoh ini masing-masing mempunyai latar belakang dalam masyarakat dan kebudayaan Bali. Betara Sahadewa adalah nama dewa yang dihindukan dari nama Bali asli To Langkir