Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/96

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

2.5.2 Terjemahan

I Made Subandar


Konon ada suatu cerita, raja di kerajaan Daha mempunyai seorang putra dan seorang putri. Putrinya lebih tua dari putranya. Putranya baru berusia satu tahun, sedangkan putrinya sudah dewasa. Raja Koripan juga mempunyai seorang putra dan seorang putri, tetapi putranya lebih tua dari putrinya.


Ketika Galuh Daha sedang bercengkerama di taman diiringkan oleh I Nginte dan Ngemban, beliau dilarikan oleh kabut gelap. Setelah kabut gelap itu lenyap, Raden Galuh Daha hilang pula. Oleh karena itu, dayang-dayang I Nginte dan Ngemban gusar, lalu segera pergi ke istana mengadukan peristiwa itu kepada raja. Itulah sebabnya raja dan permaisuri amat sedih dan segera memerintahkan para hamba menyebar mencari Raden Galuh. Sudah kira-kira tiga hari pada hamba itu berkeliling mencari Raden Galuh, tetapi belum dijumpai. Itulah sebabnya mereka pulang dan melaporkan kepada raja bahwa mereka belum menemui Raden Galuh.


Diceritakan Raden Galuh Daha jatuh di hutan di wilayah kerajaan Koripan. Ketika Gusti Patih dari Koripan pergi ke hutan, Raden Galuh dijumpainya sedang duduk di bawah pohon. Gusti Patih sangat heran karena untuk pertama kali menjumpai seorang gadis cantik tinggal sendiri di hutan. Gusti Patih bertanya kepada Raden Galuh, "Siapakah Nona? Mengapa Nona sendirian di sini?" Raden Galuh menjawab,

"Oh, Tuan! Saya orang malang, tidak mengetahui nama maupun ayah dan ibu saya. Tahu-tahu saya sudah berada di sini. Dan siapakah Tuan?"

"Kalau Nona belum tahu, saya patih dari Koripan. Bapak kasihan melihat anak sendirian di hutan. Maukah kamu kujadikan anak pungut?"

"Ya! Kalau Bapa bersedia memungut saya, saya pun bersedia", demikian jawabnya. Raden Galuh diajak ke Koripan dan dinamai Ni Wayan Sekar.


Tersebutlah sekarang Mantri Made, Adik Raden Galuh Daha, telah dewasa . Beliau bertanya kepada ayah dan ibunya, "Ayah


90