Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/259

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

Kemudian pendeta pun pergi ke istana menghadap I Dewa Agung Putra. Pada saat itu Dewa Agung Putra bertanya,


“‘Bapak Pendeta mengatakan bahwa andai kata saya berburu, akan mendapat banyak binatang, tétapi menurut kenyataan saya tidak mendapat apa-apa’’.


“Tuanku yang saya muliakan baru satu kali berangkat, maka belum mendapat apa-apa. Cobalah berangkat satu kali lagi, Pangeran pasti akan mendapat sesuatu,”’ jawab pendeta.


Sekarang diceritakan Ni Mica sedang bermain-main di hutan. Ia dalam keadaan dahaga. Terlihat olehnya air di dalam belahan kelapa muda. Karena dahaga, air itu diminum oleh Ni Mica. Setelah minum air, dia pulang. Lama-keamaan Ni Mica mengandung. Setelah lama baru kandungannya ketahuan oleh 1 Ngemban dan Nginte. Ni Mica ditanya oleh Ni Ngemban dan Ni Nginte.


“Tuanku, mengapa dalam keadaan lapar atau kenyang perut Tuan Putri tetap besar? Hamba menduga Tuan Putri hamil. Siapa menjamah Tuan Putri?’’ Raden Galuh Mica ingat bahwa beliau pernah minum air yang terdapat di dalam belahan kelapa muda. Beliau berkata kepada Ngemban dan Nginte,


“Begini masalahnya! Aku ingat bahwa dahulu aku pernah bermain-main di sana, lalu menjumpai air di dalam belahan kelapa muda. Air itu kuminum.”’


“Ya, sebagai yang Tuan Putri katakan, hamba ingat bahwa kakak Tuan Putri, Dewa Agung Putra, pernah datang berburu kemari. Hamba menduga air seni beliaulah itu, Kalau begitu, jagalah baik-baik kandungan Tuan Putri!’’ Setelah lama mengandung beliau melahirkan seorang putra yang tampan rupanya, sama dengan wajah Dewa Agung Putra dari Koripan.


Sementara tidak diceritakan putra Raden Galuh Mica di hutan. Sekarang diceritakan Dewa Agung Putra di Koripan bermaksud akan berburu lagi. Tersebutlah beliau sudah berjalan dan sudah tiba di hutan di tempat yang dahulu. Di sana beliau bertemu dengan seorang anak laki-laki kecil. Anak ini terus diperhatikan oleh Dewa Agung Putra. I Patih bertanya,


“Tuanku Dewa Agung Putra, mengapa wajah anak ini seperti wajah Tuanku?” Anak itu ditanya oleh Dewa Agung Putra,


“Hai, Nak, apakah kamu penjelmaan dewa, hantu rimba, ataukah anak hantu, coba ceritakan kepadaku!”’

253