Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/258

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

gera memberi tahu ayahnya. Beliau disuruh menanyakan hal itu kepada pendeta. Kemudian Dewa Agung Putra mendatangi seorang pendeta dan menceritakan mimpi beliau. Pendeta menyapa,


"Tuanku, mengapa baru kali ini berkunjung, ada apa gerangan?"


"Ada sesuatu yang hendak saya tanyakan kepada yang terhormat pendeta. Tadi malam saya bermimpi menampar bunga matahari yang kemudian jatuh di pangkuan". Sang Pendeta berkata, "Makna mimpi Tuanku sangat bagus. Jika Tuanku tinggal di istana, setiap hari akan kedatangan seorang gadis. Jika Tuanku pergi berburu, akan mendapat banyak binatang. Mana yang Tuanku pilih? Andai kata Tuanku memilih tinggal di istana, mungkin kedatangan gadis cantik, tetapi mungkin juga didatangi gadis pincang atau buta. Dan Tuanku tidak boleh menolak. Kalau Tuanku bersedia, lebih baik memilih berburu!" Kemudian beliau pulang dan sesampainya di istana, memerintah rakyatnya.


"Hai, Punta Patih, siapkan segala keperluan, anjing pemburu, kuda, dan anjing-anjing dengan rantainya." Setelah semua siap, Dewa Agung Putra berangkat diiringkan oleh para pemburu dan anjing yang galak-galak. Setelah berjalan beberapa lama, beliau tiba di hutan negeri Daha, Di sana terdapat banyak binatang. Sial, Seekor pun beliau tidak memperoleh binatang. Ketika hari telah siang, beliau beristirahat di bawah pohon kayu besar. Karena Dewa Agung Putra merasa dahaga, beliau menyuruh I Punta dan I Patih mencari air. Baru sebentar berjalan mereka menjumpai pondok. Pondok itu tanpa penghuni, tetapi di dalamnya terdapat kendi dan tempayan berisi air. Kendi:dan tempayan yang berisi air itu dibawa ke tempat Dewa Agung Putra. Karena banyak orang: minum, semua air yang dibawa itu habis. Dan hamba beliau disuruh mencari air kelapa muda.


Setelah mendapat kelapa muda, lalu diserahkan kepada Dewa agung Putra. Sehabis minum air kelapa muda, Dewa Agung Putra mengencingi belahan kelapa muda itu dan berucap,


"Bila ada orang perempuan minum kencing ini, agar dia hamil dan anaknya supaya sama rupanya dengan wajahku".


Diceritakan dahaga beliau sudah hilang, maka beliau pulang ke Koripan. Setiba di Koripan pendeta diminta datang ke istana.

252