Kaca:Cerita Panji Dalam Sastra Klasik Di Bali.pdf/23

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

BAB III RINGKASAN CERITA GEGURITAN PAKANG RARAS


Raja Jenggala mempunyai seorang putra yang sangat tampan, bernama Mantri Koripan. Pada suatu hari sang Pangeran berburu ke hutan diiringi tiga orang panakawan Punta, Jrudeh, Kartala, dan para kepala desa. Suatu ketika, para pengiring dan ketiga panakawan bersama anjing buruan itu memburu seekor kijang. Sampai jauh kijang itu belum tertangkap. Akhirnya, mereka tersesat dan terpisah dari sang Pangeran, sedangkan sang Pangeran itu seorang diri beristirahat di bawah pohon kroya. Ketika itu, suasana alam tiba-tiba berubah, langit menjadi mendung, hujan turun lebat, guntur dan petir sabung-menyabung, seketika itu juga hutan menjadi gelap-gulita. Kemudian datanglah topan melanda hutan itu. Dalam keadaan pingsan, sang Pangeran diterbangkan oleh angin ribut, lalu terjatuh di taman kerajaan Daha. Para pengiringnya tetap tersesat dalam hutan. Setelah cuaca terang kembali, para kepala desa berkeliling mencari kawan kawan dan junjungan mereka, tetapi tidak berhasil. Segera mereka melaporkan nasib yang menimpa sang Pangeran dan diri mereka sendiri. Hal itu menyebabkan raja dan permaisuri menjadi berduka.

Sementara itu, Raden Mantri Koripan dipungut Raden Galuh Daha, se orang putri yang cantik jelita, putri raja kediri. Ketika diusut, sang Pangeran tidak mau menceritakan baik nama maupun asal-usul dirinya. Oleh karena itu, ia diberi nama I Mage Pakang Raras. Setelah beberapa lama ia tinggal di Daha, Raden Mantri Koripan dan Raden Galuh saling jatuh cinta. Baginda sangat murka ketika mengetahui hal itu, lalu dengan diam-diam memerintahkan Paman Patih agar membunuh Pakang Raras. Pakang Raras menginsafi kesalahannya dan menyerah kepada Paman Patih. Sebelum dibunuh di kuburan Daha, sesuai dengan permintaannya, ia sempat menulis surat untuk Raden Galuh. Ia menyatakan bahwa sebenarnya ia putra raja Jenggala, kakak sepupu


11