Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/116: Bina pantaraning révisi
Cihna: Ujiwacén |
Cihna: Kapastika |
||
Status kaca | Status kaca | ||
- | + | Kapastika | |
Daging kaca (antuk katransklusiyang): | Daging kaca (antuk katransklusiyang): | ||
Carik 2: | Carik 2: | ||
"Ah, inilah yang menyebabkan surga menjadi panas, Wah, |
"Ah, inilah yang menyebabkan surga menjadi panas, Wah,<br> |
||
ini raja Daha! Ini permaisurinya juga ikut", demikian pikir gagak |
ini raja Daha! Ini permaisurinya juga ikut", demikian pikir gagak<br> |
||
putih sambil memperhatik~ ·raja dan permaisuri. Akhirnya gagak |
putih sambil memperhatik~ ·raja dan permaisuri. Akhirnya gagak<br> |
||
putih itu terbang kembali ke surga menyampaikan berita itu |
putih itu terbang kembali ke surga menyampaikan berita itu<br> |
||
kepada Dewa Siwa. Dewa Siwa menyuruh Sang Kalimandu untuk |
kepada Dewa Siwa. Dewa Siwa menyuruh Sang Kalimandu untuk<br> |
||
menggoda raja. Setiba Sang Kalimandu di pertapaan baginda, lalu |
menggoda raja. Setiba Sang Kalimandu di pertapaan baginda, lalu<br> |
||
dia menerjunkan diri dari pohon beringin itu, jatuh di pangkuan |
dia menerjunkan diri dari pohon beringin itu, jatuh di pangkuan<br> |
||
raja. Akan tetapi, baginda tetap khusyuk bertapa. Sedikit pun |
raja. Akan tetapi, baginda tetap khusyuk bertapa. Sedikit pun<br> |
||
tidak tergoda. Kemudian Sang Kalimandu pindah tempat pada |
tidak tergoda. Kemudian Sang Kalimandu pindah tempat pada<br> |
||
permaisuri dan menggesek-gesekkan badannya pada badan permaisuri. Namun, permaisuri juga tidak tergoda. Hari telah senja |
permaisuri dan menggesek-gesekkan badannya pada badan permaisuri. Namun, permaisuri juga tidak tergoda. Hari telah senja<br> |
||
dan gagak putih mulai lelah. Gagak putih belum juga berhasil |
dan gagak putih mulai lelah. Gagak putih belum juga berhasil<br> |
||
menggoda raja dan permaisuri, maka dia kembali ke surga. Gagak |
menggoda raja dan permaisuri, maka dia kembali ke surga. Gagak<br> |
||
menyampaikan kepada Dewa Siwa bahwa ia tidak dapat menggoda raja dan permaisuri. Kemudian ular Lemputu disuruh turun |
menyampaikan kepada Dewa Siwa bahwa ia tidak dapat menggoda raja dan permaisuri. Kemudian ular Lemputu disuruh turun<br> |
||
menggoda. Akan tetapi, sama halnya dengan Kalimandu, dia pun |
menggoda. Akan tetapi, sama halnya dengan Kalimandu, dia pun<br> |
||
tidak berhasil menggoda raja dan permaisuri. Akhirnya Batara Siwalah yang berangkat. Beliau menjelma menjadi pendeta. Setibanya di sana, beliau duduk di puncak pohon beringin dan mengucapkan mantra Weda. Sebentar kemudian turunlah hujan bunga |
tidak berhasil menggoda raja dan permaisuri. Akhirnya Batara Siwalah yang berangkat. Beliau menjelma menjadi pendeta. Setibanya di sana, beliau duduk di puncak pohon beringin dan mengucapkan mantra Weda. Sebentar kemudian turunlah hujan bunga<br> |
||
berbau harum. Oleh karena itu, raja menghentikan tapanya dan |
berbau harum. Oleh karena itu, raja menghentikan tapanya dan<br> |
||
menyembah Dewa Siwa, |
menyembah Dewa Siwa, |
||
Carik 23: | Carik 23: | ||
"Oh, Dewa, hamba menghaturkan sembah, semoga berkenan mengabulkan permohonan hamba". Dewa bersabda, |
"Oh, Dewa, hamba menghaturkan sembah, semoga berkenan mengabulkan permohonan hamba". Dewa bersabda, |
||
"Apa kekurangan, Tuan? Tuan telah menikmati segala kesenangan, sekarang apa lagi yang Tuan perlukan?" Kemudian raja |
"Apa kekurangan, Tuan? Tuan telah menikmati segala kesenangan, sekarang apa lagi yang Tuan perlukan?" Kemudian raja<br> |
||
menyembah, |
menyembah, |
||
"Memang Dewa telah banyak memberi anugerah kepada |
"Memang Dewa telah banyak memberi anugerah kepada<br> |
||
hamba, tetapi ada satu barang yang belum hamba miliki |
hamba, tetapi ada satu barang yang belum hamba miliki<br> |
||
yaitu manik berjalan. Sekiranya Dewa mengabulkan anak yang |
yaitu manik berjalan. Sekiranya Dewa mengabulkan anak yang<br> |
||
hamba mohon!" |
hamba mohon!" |
||
"Ya, manik berjalan itu lupa kuberikan kepadamu! Ya, aku |
"Ya, manik berjalan itu lupa kuberikan kepadamu! Ya, aku<br> |
||
akan rela memberikan manik itu kepada Tuan, tetapi Tuan dan |
akan rela memberikan manik itu kepada Tuan, tetapi Tuan dan<br> |
||
permaisuri harus teguh iman ! Nanti apa pun yang Tuan jumpai |
permaisuri harus teguh iman ! Nanti apa pun yang Tuan jumpai<br> |
||
dalam perjalanan, jangan disebut-sebut! Makanlah lekesan (gulungan sirih kapur) ini berdua dan telan semua! Dan lagi, ingat |
dalam perjalanan, jangan disebut-sebut! Makanlah lekesan (gulungan sirih kapur) ini berdua dan telan semua! Dan lagi, ingat<br> |
||
bahwa Tuan dan Nyonya dilarang membuang ludah!" Sehabis |
bahwa Tuan dan Nyonya dilarang membuang ludah!" Sehabis |
||
Uahan ri tatkala 25 Oktober 2023 22.02
Terlihat olehnya raja dan permaisuri sedang bersemadi.
"Ah, inilah yang menyebabkan surga menjadi panas, Wah,
ini raja Daha! Ini permaisurinya juga ikut", demikian pikir gagak
putih sambil memperhatik~ ·raja dan permaisuri. Akhirnya gagak
putih itu terbang kembali ke surga menyampaikan berita itu
kepada Dewa Siwa. Dewa Siwa menyuruh Sang Kalimandu untuk
menggoda raja. Setiba Sang Kalimandu di pertapaan baginda, lalu
dia menerjunkan diri dari pohon beringin itu, jatuh di pangkuan
raja. Akan tetapi, baginda tetap khusyuk bertapa. Sedikit pun
tidak tergoda. Kemudian Sang Kalimandu pindah tempat pada
permaisuri dan menggesek-gesekkan badannya pada badan permaisuri. Namun, permaisuri juga tidak tergoda. Hari telah senja
dan gagak putih mulai lelah. Gagak putih belum juga berhasil
menggoda raja dan permaisuri, maka dia kembali ke surga. Gagak
menyampaikan kepada Dewa Siwa bahwa ia tidak dapat menggoda raja dan permaisuri. Kemudian ular Lemputu disuruh turun
menggoda. Akan tetapi, sama halnya dengan Kalimandu, dia pun
tidak berhasil menggoda raja dan permaisuri. Akhirnya Batara Siwalah yang berangkat. Beliau menjelma menjadi pendeta. Setibanya di sana, beliau duduk di puncak pohon beringin dan mengucapkan mantra Weda. Sebentar kemudian turunlah hujan bunga
berbau harum. Oleh karena itu, raja menghentikan tapanya dan
menyembah Dewa Siwa,
"Oh, Dewa, hamba menghaturkan sembah, semoga berkenan mengabulkan permohonan hamba". Dewa bersabda,
"Apa kekurangan, Tuan? Tuan telah menikmati segala kesenangan, sekarang apa lagi yang Tuan perlukan?" Kemudian raja
menyembah,
"Memang Dewa telah banyak memberi anugerah kepada
hamba, tetapi ada satu barang yang belum hamba miliki
yaitu manik berjalan. Sekiranya Dewa mengabulkan anak yang
hamba mohon!"
"Ya, manik berjalan itu lupa kuberikan kepadamu! Ya, aku
akan rela memberikan manik itu kepada Tuan, tetapi Tuan dan
permaisuri harus teguh iman ! Nanti apa pun yang Tuan jumpai
dalam perjalanan, jangan disebut-sebut! Makanlah lekesan (gulungan sirih kapur) ini berdua dan telan semua! Dan lagi, ingat
bahwa Tuan dan Nyonya dilarang membuang ludah!" Sehabis
110