Kaca:Dongeng Panji Dalam Kesusastraan Bali.pdf/116

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

Terlihat olehnya raja dan permaisuri sedang bersemadi.

"Ah, inilah yang menyebabkan surga menjadi panas, Wah, ini raja Daha! Ini permaisurinya juga ikut", demikian pikir gagak putih sambil memperhatikan raja dan permaisuri. Akhirnya gagak putih itu terbang kembali ke surga menyampaikan berita itu kepada Dewa Siwa. Dewa Siwa menyuruh Sang Kalimandu untuk menggoda raja. Setiba Sang Kalimandu di pertapaan baginda, lalu dia menerjunkan diri dari pohon beringin itu, jatuh di pangkuan raja. Akan tetapi, baginda tetap khusyuk bertapa. Sedikit pun tidak tergoda. Kemudian Sang Kalimandu pindah tempat pada permaisuri dan menggesek-gesekkan badannya pada badan permaisuri. Namun, permaisuri juga tidak tergoda. Hari telah senja dan gagak putih mulai lelah. Gagak putih belum juga berhasil menggoda raja dan permaisuri, maka dia kembali ke surga. Gagak menyampaikan kepada Dewa Siwa bahwa ia tidak dapat menggoda raja dan permaisuri. Kemudian ular Lemputu disuruh turun menggoda. Akan tetapi, sama halnya dengan Kalimandu, dia pun tidak berhasil menggoda raja dan permaisuri. Akhirnya Batara Siwalah yang berangkat. Beliau menjelma menjadi pendeta. Setibanya di sana, beliau duduk di puncak pohon beringin dan mengucapkan mantra Weda. Sebentar kemudian turunlah hujan bunga berbau harum. Oleh karena itu, raja menghentikan tapanya dan menyembah Dewa Siwa,

"Oh, Dewa, hamba menghaturkan sembah, semoga berkenan mengabulkan permohonan hamba". Dewa bersabda,

"Apa kekurangan, Tuan? Tuan telah menikmati segala kesenangan, sekarang apa lagi yang Tuan perlukan?" Kemudian raja menyembah,

"Memang Dewa telah banyak memberi anugerah kepada hamba, tetapi ada satu barang yang belum hamba miliki yaitu manik berjalan. Sekiranya Dewa mengabulkan anak yang hamba mohon!"

"Ya, manik berjalan itu lupa kuberikan kepadamu! Ya, aku akan rela memberikan manik itu kepada Tuan, tetapi Tuan dan permaisuri harus teguh iman! Nanti apa pun yang Tuan jumpai dalam perjalanan, jangan disebut-sebut! Makanlah lekesan (gulungan sirih kapur) ini berdua dan telan semua! Dan lagi, ingat bahwa Tuan dan Nyonya dilarang membuang ludah!" Sehabis


110