101
Pergaulan antara Wayan Tamba dan Ni Wayan Nerti sangat akrab
sehingga sudah melampaui kesusilaan, akibat sering-seringnya I Wayan
Tamba menginap di rumahnya Ni Wayan Nerti.
Wayan Tamba melapor kepada ibunya bahwa untuk menyatakan
cintanya kepada Ni Wayan Nerti ia akan melangsungkan perkawinannya
nanti setelah hari raya Galungan.
Semula ibunya tiada setuju atas perkawinannya itu karena Ni Wayan
Nerti seorang janda dan sudah mempunyai anak sebanyak dua orang. Akan
tetapi, setelah direnungkan, penghidupannya menggantungkan diri kepada
anaknya; akhirnya, ia pun setuju.
Untuk persiapan upacara perkawinannya nanti, ia giat · mengerjakan
patung. Akan tetapi, yang selesai baru patung yang berbentuk Batara Sjwa
yang sangat indah.
Patungnya ini dijajakan di Art Shop "Supraba" dan ditawar dengan
harga lima belas ribu. Kemudian, ia jual kepada salah seorang wisatawan
asing dengan perantaraan seorang pelayan Art Shop dengan harga lumayan.
I Wayan Tamba kembali pulang ke desa Lod Tungkang bersama Ni
Wayan Nerti dengan maksud kawin lari.
Perkawinannya ini mendahului rencananya semula sehingga menyibukkan
ibu dan tetangganya yang lain.
Sepuluh hari setelah perkawinannya, barulah keluarga Wayan Tamba
mengadakan "pejati", yaitu utusan untuk mempermaklumkan bahwa Ni
Wayan Nerti sudah kawin dengan I Wayan Tamba. Akan tetapi, pihak
keluarga Ni Wayan Nerti tiada menerima utusan itu malahan membencinya.
Masalah ini disebabkan oleh sepupunya yang bernama I Danta karena ia
pernah mencintai Ni Wayan Nerti, tetapj ditolaknya dengan alasan bahwa
Danta seorang penjudi.
Karena ibunya Wayan Nerti bersama I Danta marah, Ni Wayan Nerti
disihir dan ibunya I Wayan Tamba direbut oleh kedua orang itu sehingga
sakit ketakutan.
Dalam perkelahian ketiga orang itu menggunakan ilmu suhir, tetapi
akhirnya ketiga-tiganya, yaitu I Danta, Ibunya Ni Wayan Nerti, dan Ibunya
I Wayan Tamba gugur.
I Wayan Tamba bersama istrinya, yaitu Ni Wayan Nerti, pergi ke
kuburan membawa sesajen pada nisan ibunya.