Kaca:Struktur Novel Dan Cerpen Sastra Bali Modern.pdf/107

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

96

Selama menjadi pedagang acung, banyak peristiwa yang dialami oleh Luh Sunari yang berhubungan dengan cinta remaja. Seorang temannya, sesama pedagang yang bernama I Ketut Mardana, telah berkali-kali mencoba melamar Luh Sunari, tetapi ia selalu menolaknya. Hal yang sama datang dari I Made Ambara, seorang mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, Denpasar yang bertugas dalam rangka KKN. Dengan alasan bahwa dirinya telah ternoda dan tidak layak duduk di samping I Made Ambara, Luh Sunari juga menolak lamaran itu.

Studi I Wayan Duria di Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, tidak berjalan sebagaimana mestinya; ini terbukti bahwa telah tiga tahun ia kuliah, ia masih tetap tinggal di tingkat II. Dengan alasan riset, ia pulang ke desanya, tetapi tidak berniat kembali lagi ke Yogyakarta. Selama petua­- langannya di desanya, kisah kasih yang telah lama dengan Luh Sunari bersemi kembali, yakni diawali dengan pertemuannya yang tidak disengaja di Gua Lawah.

Peristiwa yang mengerikan terjadi sesaat setelah pertemuan sepihak
dengan Luh Sunari. Ia bertemu dengan seekor ular yang besar ketika ia akan mengambil seekor burung yang telah ditembaknya. Sesam painya di rumah, ia jatuh sakit dan mimpi buruk serta merasa dikejar oleh dosa yang telah ia lakukan. Peristiwa itu merupakan peristiwa yang sangat penting baginya dan sejak saat itu ia sadar; ingin bertobat dan berjanji akan menebus dosa-dosanya, terutama terhadap Luh Sunari.

Dengan bermacam-macam cara, I Wayan Duria berusaha mendekati Luh
Sunari, baik dengan berbicara langsung maupun dengan surat. Akan tetapi, Luh Sunari tetap menolak. Pendirian Luh Sunari berubah setelah Wayan Duria dengan terus terang datang ke rumahnya bertemu dengan ayah dan ibunya serta dengan kesatria mengakui kesalahannya. Hal itu diikuti dengan
peminangan keluarga Wayan Duria untuk menyelesaikannya secara adat.

LAN JANI

Selesai ujian, sepasang anak muda, Wayan Nendra dan Luh Rasmi,
bertamasya ke Bukit Jati. Dengan naik sepeda, mereka langsung berangkat
dari sekolahnya, SMA Lodtungkang. Di Bukit Jati mereka memadu kasih,
mengeluarkan isi hati masing-masing, dan bersumpah setia untuk hidup
bersama.
Ketika tiba saatnya hasil ujian mereka diumumkan, kedua anak muda