Kaca:KAJIAN NILAI GEGURITAN CUPAK GERANTANG.pdf/159

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

kasaan, keberanian, kepahlawanan dan nilai karma pala yang ada dalam cerita geguritan Cupak dan Gerantang itu. Dalam mengkaji struktur cerita Cupak dan Gerantang tersebut terlebih dahulu akan dimuat sinopsis cerita itu untuk mempermudah penganalisis.


3.1. Struktur Cerita Geguritan Cupak dan Gerantang.

3.1.1. Sinopsis


Alkisah di desa Majalangu hiduplah sebuah keluarga yang sudah lama kawin namun belum juga beranak. Keluarga ini sangat miskin dan pekerjaannya hanya masuk hutan untuk mencari dedaunan serta kayu bakar. Mereka berdua sangat rajin berdoa dengan harapan mendapat anak, tetapi harapan ini tidak kunjung datang. Karena itu mereka dijuluki Men Bekung (Mak Mandul) yang perempuan dan yang laki dengan julukan Nanang Bekung (Pak Mandul) yang berarti keluarga yang tak dapat beranak. Pada suatu kesempatan berada di tengah hutan Men Bekung melihat ada jamur tumbuh di batu, lalu jamur itu dicabut dan setiba di rumah jamur dimasak dipakai sayur seterusnya dimakan dengan lahap. Tanpa disadari oleh Men Bekung setelah berlangsung beberapa lama dia mengidam yang pada akhirnya melahirkan dua orang bayi kembar laki-laki. Kelahiran bayi kembar itu dibarengi dengan pertanda wibawa yaitu matahari bersinar terang ada pelanginya, hujan gerimis disertai halilintar sambar-menyambar dan bumi bergetar gempa Bayi kembar itu sangat berbeda baik lahir maupun batinnya. Dari bayi sampai dewasa tetap berbeda. Bayi yang lebih tua diberi nama I Cupak, kulitnya hitam seperti gagak, rambutnya kejur seperti ijuk, mulut lebar giginya besarjarang, agak pendek perutnya buncit makan kuat, rupanya serem ditakuti orang, banyak akal hatinya jahat, tindakannya sering jahil. Adiknya bernama I Gerantang yang memang seperti namanya saja Gerantang alat gamelan rupa indah suara merdu, kulitnya putih bersinar lembut, tinggi semampai sangat tampan mempesona, dibarengi hati suci budi
luhur, kata-kata manis segala tindakannya selalu memikat.