391. Magulungan buka embah
tuara pegat,
mimise sawang kadi,
ujan makecegan,
mimbuh tuara da pegat,
jernate titir nyepolin,
sikep nagara,
along matatu mati.
392. Kalih suba ne sikauh onya
buntas.
katurut kabedilin,
mabalik matanggal,
di dangin pasar melah medil,
saking jeroning kikis,
dari marenan,
Kumpenine ngulahin.
393. Ditu isis pagisine delod pasar,
kiwa tengen jaganin,
buntas manganginang,
katuuk mabiayuhan,
becek matatu len mati,
Wirya potraka,
irika nandang kanin.
394. Mameh-mehan kagosong ka
Jangin pasar,
mangkin ucapang malih,
Anak Agung Ngurah,
ngutusang batu bata,
soroh ne nyambut pangawin,
makadi mamas,
Bergerombol-gerombol
bagaikan aliran sungai tidak
putus-putusnya,
peluru bersuitan,
seperti hujan lebat,
juga tidak pernah terputus,
lemparan geranat dengan
hebatnya,
pasukan kerajaan,
banyak yang luka dan mati.
Yang di barat sudah mundur
semua,
terus diikuti dan ditembaki,
kembali bertahan,
di timur pasar tempat yang
strategis untuk menembak,
yang dari dalam istana juga
sudah habis,
akhirnya bertambah galak
Kumpeni mengejar.
Pertahanan di selatan pasar
juga mundur (kosong),
di kiri dan kanan dijagai,
semua mundur ke timur,
diserbu panik semuanya,
hancur banyak yang luka dan
mati,
Anakda Wirya Jalaja,
di sana kena tembak.
Dengan susah payah
digendong dibawa ke
sebelah timur pasar,
sekarang diceritakan,
Anak Agung Ngurah
memerintahkan para prajurit
yang memegang tombak,