Kaca:Geguritan Rusak Sasak.pdf/102

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

gagupekannya titir.


316. Long linongan musuh rowang pajulempang, ada manandang kanin, padasa dasayan, kena apisanan, munyin bedil sawangkadi, kerug macanda, kilape lintang titir.


317. Ban seledetan obat bedile tan pegat, rasa nguugang langit, perang pada raja, pada tuara kirigan, née mangkin ucapang malih,
ida anakda, Ketut Karangasem gelis.


318. Sampun mantuk ka Mataram makalingga, mangriinin medilin, ne di jebag Pajang, akudang tali kocap, i suradadu mondokin, saking ba teka, Kumpeni ka nagari.


319. Suradadu mangwales tuara kelesan, medil kabedil titir, jrenat matimbalan, rasanya buka kaoyag, gumine ban munyin bedil,


tidak bisa bergerak, bunyi gendrangnya keras.


Tidak terhitung musuh dan teman bergelimpangan, ada yang menderita luka, berpuluh-puluh, yang kena peluru seketika mati, bunyi senapan ramai, seperti petir bermain-main, dengan kilatnya yang sambar-menyambar.


Karena kilatan mesiu yang tidak putus-putusnya, seperti hendak menghancurkan langit perang sesama raja, tidak ada yang mundur, sekarang diceritakan lagi, beliau Anak Agung, Ketut Karangasem.


Sudah kembali ke Mataram dengan pasukannya, mendahului menembak, yang di pintu desa Pajang beribu-ribu di sana, serdadu Belanda mondok, dari sejak Kumpeni baru datang, ke kerajaan Lombok.


Serdadu membalas tidak mau bergeser, saling tembak menembak, disusul dengan serangan granat, rasanya seperti digoyangkan,


102