Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/85

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

81


8. Tidak diceritakan yang mengurus pekerjaan, sekarang diceritakan pela- yannya, Ni Wiraja dan Padapa, Salaga serta Losari, menyediakan air un- tuk mandi, bunga-bunga yang harum.

9. Lama menunggu Sang Ayu, karena belum juga bangun, Ni Ulasari ber- kata, "Ayo kita bangunkan." Mereka bertiga berkata, "Siapa sanggup Kakak tidak berani."

10. Ni Ulasari sanggup, dan ke tempat tidur membangunkan, didapat Ni Ketut Oka, menjungkir nangis tersedu-sedu, sambil memikirkan akal, supaya dapat menghindar.

11. Ni Ulasari berkata, "Bangunlah Tuan." Ni Jangga Ketaki menurut, ke- mudian mandi dan berbersih, selesai berias, kemudian duduk di teras.

12. Melihat kesunyian pintu gerbang yang bagus, berisikan ukiran permata, mengukir’ kesedihan yang bertambah, pintu emas terlihat samar-samar, kurus kering mekar dalam kekaburan, terpencar seakan pergi.

13. Dewa alus dan suci, terlihat tidak menentu, tembok kaca terbayang, ukiran cina dan ulandi, semakin membangkitkan kesedihan, keinginan sendiri tidur ke dalam.

14. Sedang tidur sendirian, ada tikus datang mempermainkan, ia geregetan dan memukul, tikus kena kemudian mati, mayat tikus disembunyikan, kemudian darahnya diambil.

15. Digosokkan pada paha, kain dan betis, serta bangun berlari, memberi- tahu Ni Ulasari, "Aduh Luh sekarang apa daya, saya datang bulan di sini."

16. Ni Ulasari berkata, pada semua saudaranya, keempatnya ke sana, me- mang benar ia berisi darah, Ni Wiraga ke luar, sesampai di sana berkata pelan-pelan.

17. Kepada Baginda Raja, cepat-cepat ia berjalan, setelah sampai di peng- hadapan, duduk langsung bersujud, serta berkata pelan, perlahan kata- katanya manis.


LII. PUH DANGDANG

1. "Ya Tuanku Jangga Ketaki datang bulan, baru selesai mandi, sedang du- duk di teras, saya ajak memuji mandi." Sang Nata kemudian masuk, se- sampai di dalam, kaki Ni Jangga Ketaki dilihat, mengalahkan bunga pu- dak, putih mulus, sayang berisi darah, kemudian Sang Nata berkata.