Kaca:Geguritan Mladprana.pdf/66

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

62

XXXIX. PUH DANGDANG


1. Serta menyembah didahului dengan tangis, "Aduh dewa, bagaikan Samara, tampannya tiada bandingan, teguh pada kebenaran bagaikan Wisnu, rela pada pemohon kasihan, bagaikan penguasa, karena sadguna Tuan, sandi stana naya kriya swagata sraya, ikang ingaranan sandi, ceguh pada keutamaan anugrah.

2. Karena tahu membedakan tingkah laku yang baik dan benar, tahu akan tipu daya, akal yang baik dengan buruk, tahu mendengarkan yang baik dan mendengarkan yang jelek, perkataan baik dan buruk, kokoh pada kedarmaan, tahu upaya musuh, walau jauh atau dekat, dan triguna, kesaktian keberanian dan ksatria, semua ada pada Tuan.

3. Keberanian itu disebabkan karena tidak ada yang ditakuti, tidak ada kecintaan, yang dinamakan sakti, memperhatikan perkataan yang benar, sebab tujuh upaya gusti, danda upeksa ksana, indrajala surya itu, dana dan beda, semua itu, semua diketahui, kesaktiannya juga sama.

4. Dana itu memberkahi belas kasihan memberi makan dan kehidupan, upeksa tahu pada baik buruk, pelaksanaannya tidak tergesa-gesa, jika belum jelas, denda dan dosa jika salah, jangan tidak mengikuti arah, indrajala hasil tipu daya, mencari kesempatan, hilang dari penglihatan, barulah itu benar.

5. Mengganti wajahnya yang sejati, kuasa menahan, segala nafsu yang timbul, sifat indriya hilang, sebagai air yang jernih, disinari oleh matahari, dari angkasa tanpa mendung, suci bersih hilanglah kotoran, sebenarnya, Tuan merupakan segala akhir yang baik, menguasai inti dari menguasai nafas."

6. I Mladprana kemasukan kata-kata manis memelas, dengan senyum berkata, "Aduh Tuan dari mana, asal usulnya katakan dahulu, apa manusia atau bidadari, berkenan mendatangi hamba, apa maksud Tuan, ya , katakan pada hamba, jangan malu, hamba bersedia menuruti, setiap keinginan Tuan ."

7. Si jelita kemudian menjawab. Oh Tuan. sebabnya saya datang, sengaja memohon hidup, ibu saya Ni Dukuh, karena kecewa sudah kalah, jangan Tuan membunuhnya, saya mohon, supaya dia tetap hidup, ya saya, sebagai pengganti jiwanya, sengaja menghamba kepada Tuan."

8. Tetapi permohonan saya kepada Tuan supaya rela. membersihkan ibu saya, supaya berhenti bersifat usil." I Mladprana menjawab, "Oh Anda bagaikan Dewi Ratih, tahu mengambil hati, jangan waswas di hati, kata-kata saya, menuruti, sekehendakmu." Si jelita menyahut,