Kaca:Geguritan Kendit Birayung.pdf/55

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

27. Timah cair aku tuangkan dalam mulutnya,

Jayengpati berkata,

kakak seperti orang gila,

kata-katamu keterlaluan,

Raja Nusantara belum dapat ditaklukan,

jangan terlalu banyak bicara,

menyebut yang bukan-bukan.


28. Semua prajuritnya membicarakan pertempuran,

Raja Madhayin berkata,

ayah aku menghormatimu ayah,

putra Raja Nusantara [17a],

Amsyah sedang terdesak di medan laga,

janganlah berhenti,

besok diserang lagi.


29. Kebetulan masih ada anugerah dari Dewa Guru,

Amsyah dengan tergesa-gesa mohon diri,

Raja Nusantara,

berkata sambil bergurau,

kepada Raja Madayin,

kalau besok,

masih juga si Amir.


30. Semua prajuritku akan mencannya,

tidak berarti tantangan Amir Amsyah,

karena kemarahan yang


27. Timah añjur sun turuhi ke cangkĕm ira,

ngandika Jayengpati,

kakang lwir wong ngedan,

tabuh den winicara,

durung kalah Nusontari,

kakehan ujar,

pati sambat-sambatin.


28. Lan prajurit prasamya aguněm yuddha,

angling Prabhu Madhayin,

bhapa masku bhapa,

anak Prabhu Nusontara [17a].

mungpung Amsyah kapěs jurit,

aywa rarena,

eñjang malih pagutin.


29. Mungpung hana sih ira bhatara Gurwa,

děpon Amsyah glis mitta,

Prabhu Nusontara,

winor guyu maturā,

maring sang prabhu Mdhayin,

añjang kewala,

kantĕn juga pun Amir.


30. Saĕnggone kaula ngulatana,

tan sapalang runtikin ikang ngaran Amsyah,

murka apan