Kaca:Geguritan Kendit Birayung.pdf/13

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

itu pasti ulah Amir Amsyah. Oleh karena itu, perlu diadakan perjanjian perang. Kendit Birayung setuju dengan hal itu lalu 1a segera mengutus Kontal dan Tebih ke Mekah menghadap Sultan Arab untuk menyampaikan perjanjian perang itu.

Sultan Arab, Amir Amsyah, memenuhi perjanjian perang dari Kendit Birayung. Kemudian, terjadilah perang antara prajurit Nusantara dan prayurit Arab. Ketika pertempuran sedang berlangsung, konon Ki Malang Sumurang melarikan Umarmaya dan menahan di Gunung Waya. Hilangnya Umarmaya dan medan pertempuran tak ada yang mengetahui. Akibatnya, prajurit Mekah merasa sedih, dan semakin terdesak. Prajurit banyak yang terluka dan gugur bahkan Amir Amsyah terluka parah. Sementara putranya, Raden Banjaransari yang berada di istana sangat kaget dan sedih mendengar berita itu dari Dewi Rengganis. Dewi Rengganis dan Dewi Ambarawati pergi ke Aldha Hmas melaporkan peristiwa itu kepada Raja Pandita. Raja Pandita sebelumnya sudah mengetahwi peristiwa itu. Menurut dia, kekelahan Amir Amsyah itu sudah sewajarnya karena Kendit Birayung teramat sakti. Pendampingnya, yaitu Malang Sumirang dan Macan Sumantri amat tangguh dan sangat dikasihi Tuhan ketika bertapa dalam gua di Gunung Ardindra.

Selanjutnya, Raja Pandita menyuruh agar ia mencari pamannya, Umarmaya yang merintih kesakitan di dasar Gunung Waja. Dewi Rengganis segera membantu pamannya itu kemudian mengajaknya menghadap sang Raja Pandita di Alda Hmas. Karena selalu mengalami penderitaan, Umarmaya mengganti namanya menjadi Pakuwaja. Setelah itu, 1a disuruh ke gunung Indra Gin menghadap Macan Sumantri karena hanya dialah yang dapat menolong dan memberikan senjata untuk membunuh Raya Kendit Birayung. Pakuwaja bersama Dewi Rengganis melaksanakan tugasnya. Setelah dia menghadap, Macan Sumantri memberikan dua batang bambu yang masing-masing dipakai untuk membunuh Kendit Birayung dan Malang Sumuirang. Di samping itu, dia juga memberikan air suci untuk membunuh Serpabhumi dan obat untuk menyembuhkan Sultan Arab serta para prajurit yang terluka parah.

Dengan menggunakan senjata tersebut, pembesar-pembesar istana Nusantara itu dapat dikalahkan. Para pengikutnya seperti Raja Nursiwan, semua prajurit, bangsawan, punggawa, dan Menteri Nusantara menyerah