Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/98

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

henti sukanira,

angrenga punang warta,

yan sira nang mahayati,

wentening Jirah,

sampun sida ninggati.


341. Sigra metus umundang sang mahadwija,

kecapa sampun prapti,

merekeng sang nata,

pepek punang aneba,

Demung Tumenggung ha patih,

muang Arya Dyaksa,

Kanuruhan manguri.


342. Juru Tumbar Paca tanda Pengalasan,

sesek sang pura mantri,

makadi sang dwija,

sama tata-tata,

kumeran panganggoning mantri,

luih sang nata,

yaya prabu ing tulis,


343. Arja wastra pik mirir pupusing pisang,

akampuh pinalangi,

sinareting pereda,

asumpang mandalika,

alandean wersaspati,

pinatut sanga,

bek dening manik warih.


344. Tan lon sang wawu prapta paraning ujar,

duh bapa sang mayati,

murti sakya singa,

tumuruning buana,


sangat berbahagia,

mendengarkan berita,

tentang beliau sang pendeta agung,

keadaannya di Jirah,

sudah berhasil pekerjaan beliau.


Segera diputuskan diundang (dipanggil) sang biksu agung itu,

tersebutlah sudah datang,

menghadap sang raja,

sudah lengkap tatacara menghadap,

Demung, Tumenggung, Pepatih,

serta Arya Dyaksa,

Kanuruhan, Manguri.


Juru Tumbar Paca tanda dan Pangalasan,

penuh dengan para menteri,

terutama para biksu,

semua baik tata caranya,

bercahaya pakaian (para) mentri,

apalagi sang raja,

sebagai ratu dalam cerita-cerita,


Pakaiannya berperenda halus seperti daun pisang muda,

berkampuh pelangi,

ditulisi dengan perada,

berbunga mandalika,

memakai keris,

baik perhiasannya,

penuh dengan manik air.


Tidak lain orang yang baru datang

dimulai pembicaraannya (oleh raja),

oh, paduka sang pendeta agung,

penjelmaan sang Budha (Sakya
Singa).

turun ke bumi,


99