Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/65

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

angadega tuan,

resaing madia anglunggang,

anerang lungguhing sikari,

ha karwan-karwan,

sira sama alinggih,


229. Sarwiya ngucap-ngucap tinuting wacana,

amunah madu gendis,

dub atma jiwita,

sanghyang hyanging kusuma,

nitia madangi kapti,

hendi antuka,

aputrika ya nini.


230. Baya sihaning hyang anugraha,

wija wijiling sita rasmin,

asih ta tulusa,

sotoning pati brata,

yasani mangke ra bibi,

hayanta tuan,

ganjarakne tamuwi.


231. Tur wayah hira anongpang risang,

sedeng apulang rasmi,

sampun warang darya,

idepen ibu tuan,

walesan ingsun ring asih,

pageh akena,

yasanta satiyang bibi.


232. Panggil anuwuh akan wangsa kabudan,

heman rumrum ta nini,


bangun anakku,

pinggang ramping,

bergoyang lemah-lembut (seperti) pohon gadung,

berduaan,

keduanya sama-sama duduk.


Lalu mengurut-urut sambil berkata

anaknda mengalahkan kemanisan gula,

oh putri juwitaku,

dewa dari bunga (segala jenis bunga),

setiap hari menyenangkan hati,

di mana terdapat,

anak seperti kamu.


Barangkali mau Tuhan menganugerahkan,

anak yang lahir dari cahaya bulan,

kasihmu agar diteruskan,

karena kamu pati brata (setia),

ibu doakan sekarang,

kecantikanmu,

sebagai ganjaran bagi tamu.


Serta umurmu sedang masa memikatnya,

sudah waktunya berkeluarga,

janganlah bersedih hati,

turutilah nasihat (kehendak) ibumu,

sebagai balas kasih ibu,

tetapkanlah,

kesetiaanmu dengan ibu.


Apalagi keturunan dari Buda,

kasihan (dengan) kecantikanmu,


66