Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/47

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

selah swabawa.

hatur hyang Jinamurti.


158. Ring yawi petani kasongan balibar,

irika sira linggih,

ri madianing setra,

tiningkah pengajaran,

pepek sisianira anangkil,

asia karana,

angaca ganti-ganti.


159. Kascarya tuas ku bapa akueh adiksa,

pan lagi wilis-wilis,

sida mati indria.

weruhing tatua diatmika,

baya yasanika nguni,

satia ring berata,

mangke pala pinanggih.


160. Bagia sira sang anuwuhaken wangsa,

suputra ngaraniki,

hana sawur sembah,

singgih sang panikelan,

taha wacana maharsi,

amati indria,

pisaningu kapanggih.


161. Wonten punika malih sampun werda,

garanika angemasi,

halama ta sira,


tingkah lakunya berwibawa,

sepadan sebagai perwujudaan Hyang Jina.


Di luar maupun balainya diteduhi pohon balibar,

di sanalah beliau duduk,

di tengah pekuburan,

dalam suasana pengajaran,

sekalian muridnya menghadap,

berdiskusi (berembug),

mengemukakan keinginannya (pendapatnya) berganti-ganti.


Heran hatiku bapa, akan banyaknya orang berdiksa,

sebab masih muda-muda,

mampu membunuh (mengendalikan) indria,

mengetahui inti ajaran kebatinan,

barangkali jasanya dahulu,

teguh melaksanakan pantangan,

sekarang hasilnya didapat.


Bahagia orang yang menurunkan keluarga itu,

putra utama namanya ini,

ada yang unjuk berkata,

ya yang berkuasa (tuanku),

hamba kira perkataan pendeta agung itu,

membunuh indria,

tak mungkin sama sekali akan dapat dicapai.


Ada lagi yang mudah tua itu,

istrinya meninggal,

lama beliau,