Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/34

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

umangang,
jihwa malad angresi,
anawaleng awan,
analisir aputeran,
won ten walian sareng kalih,
tekang angundang,
semu ras giri-girin.

ternganga,
lidahnya menjulur menakutkan,
membencanai di jalan,
cepat berputar-putar,
ada dukun dua orang,
mendatangi yang memanggil
merasa ngeri ketakutan.


111 . Kiwalian tumakuan ndi kuwun ta bapa,
toh lumaku rumihin,
tutut inajaran,
wiatara sangang tampak,
kiwalian saya muriring,
uluning awak,
gigir te kadi naris.

Si dukun bertanya di mana rumahmu pak,
bapak berjalan di muka ,
menurutilah yang disuruh,
kira-kira setelah berjalan sembilan
langkah,
si dukun semakin berdiri bulu
tengkuknya,
bagian atas badannya,
punggungnya terasa seperti
diiris-iris.

112. Kiwalian mangke ya angucap amerih siluman,
tan katon witning margi,
wera dening madia,
wawu tumeraping sela,
katon sona gung alengis,
netrania abang,
kiwalian merih kikincing.


Si dukun sekarang berkata menyembunyikan takutnya,
tak terlihat arahnya jalan,
(karena) mabuk disebabkan
(minum) minuman keras,
baru berjalan di batu,
terlihat anjing besar (bulunya
mengkilat) ibarat berminyak,
matanya merah,
si dukun segera memegang pinggang bagian belakang (orang yang
diajak).

113. Apudetan osian silih pekul madia,
tumiba kuseng siti,
kadgania abuncang,
kiwalian kiatetehan,
atangi-tangi tan polih,
akidat-kidat,

Berputar kacau karena saling
memegang pinggang (temannya),
(lalu) jatuh terduduk di tanah,
kerisnya terlempar,
si dukun tertindih,
berusaha bangun tak dapat,
terkejat-kejat,

35