Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/23

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

angrarah sesaning mati,
angaweh sisia,
saksana sarni prapti.


67. Weksirsa Larung Weisa Wadana,
tumut ing Lenda lendi,
Gandi Jaran Guyang,
kabeh sampun atata,
prasama anenggah wisti,
si Rangda ngucap,
manning anuruhi.


68. Tinghali wus anatar tekang marga,
sirebu amiweruhi,
kaparagang dusta,
jag hana ring pamerenan,
sahasa teka matiani,
angrab griwa,
kagiat dadi atangi.


69. Mangke wus sima sahana nikang dusta,
tari hana wania apulih,
nghing katahang cita,
sang azawa rat,
paran luputa rabibi,
kinen matiana,
baya irsia ambek juti,


70. Kadi weruha bibi ri tan sukanira,
wetning aderuwe putri,
hana kapti nira,
ri tan sasameng wangsa,
iku marmaning aruntik,


mencari sisa dari yang mati,
melnanggil murid-muridnya,
segera semua datang.


Weksirsa, Larung, Weisa Wadana,
turut juga Lenda Iendi,
Gandi dan Jaran Guyang,
semua sudah ada tempatnya,
sarna-sama me atakan tertimpa kesusahan,
si Rangda berkata,
makanya memanggil.


Lihatlah setelah di halaman terus di jalan.
ibu memberitahukan,
(bahwasanya ibu) kedatangan musuh,
tiba-tiba telah ada di ternpat tidur,
serta merta heodak membuouh,
memotong leher,
terkejut (ibu) lalu terbangun.


Sekarang telah lenyap semua musuh,
tak ada yang berani kembali,
tetapi menurut hemat ibu,
raja yang memerintah negara,
mustahil ihu diluputkan,
(dari) perintahnya untuk membunuh,
karena iri serta niat jahatnya.


Bibi mengetahui sebabnya baginda tidak suka,
yaitu karena (bibi) punya anak,
ada niat baginda,
oleh karena .tidak sama wangsa,
itu menyebabkan marahnya,

24