Kaca:Geguritan Calonarang.pdf/10

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

15. Tan sah skampuh jamus wijiling sabrang,

talakon patra sari,

anungkelang kadga,

alandean ratmaja,

awalagri mirah adi,

apepeletan,

raspati jayang tulis.


16. Anguah karna arja sumpang

periaka, jinebadan merik minging,

menggepolahira, tan sah angawe rimang,

mijil sira seri bupati, saupacara, madeg kading perelagi.


17. Sampun mungguing singhasana mani maya,

haneng mijil ping kalih, ngguanira sineba,

amepek para rakrian,

Demung Tumenggung apatih, muang arya Dyaksa,

paca Tanda Mangori.


18. Maka muka sang pinaka bagawanta,

tinuting mahayati,

sama jita aksara, amepeki tangkilan, sama alungguh ing korsi, ajajar-jajar,

kadi sewaning ringgit.


"Selalu memakai kampuh jamus keluaran nagari sebarang, dengan motif kembang, memakai keris (pedang), dengan gagang ratmaja,

dihiasi dengan mirah yang baik, terlihat ruas-ruas kayunya, indah rapi mengalahkan rapinya tulisan."

"Hiasan telinganya indah yaitu bunga priaka,

dengan boreh yang harum semer- bak,

pantas tingkah lakunya,

selalu membangkitkan nafsu asmara,

maka keluarlah sang raja,

dengan upacara,

seperti yang sudah-sudah."

"Telah duduk di singgasana yang berpermata indah,

yang berada di halaman kedua, tempat beliau bersidang,

semua pembesar telah hadir, Demung, Tumenggung serta Patih, dan beliau Arya Dyaksa,

Paca (juru baca?) dan Tanda Mangori."

"Sebagai pemuka yalah beliau sang pendeta istana,

diikuti oleh para pendeta agung, semua mahir dalam sastra, memenuhi persidangan,

semua sama-sama duduk di kursi, berjajar-jajar,

seperti deretan wayang."

11