Kaca:Geguritan Bagus Diarsa.pdf/33

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

180. Sehabis diperciki tirta kemudian I Bagus Diarsa turun, betara bersabda, silakan kamu pulang sekarang, diam kau jalan ke arah timur, I Bagus Diarsa menurut, permi­silah ia dengan menyembah, I Wiracita juga, sembah kepa­da ayahnya, lalu berangkatlah I Bagus Diarsa.

181. Lewat pintu jalannya ke arah barat, jalannya melalui ang­kasa, seperti ada dalam mimpi, Bagus Diarsa menurun, se­perti cantaka nglayung, terbang di angkasa, seperti atma terbang yang akan pulang ke sorga, karena ciri-ciri orang baik.

182. I Bagus Diarsa tidak sudah perjalanan terus, mulai sudah dilihat banyak gunung, berselimut mendung, makin menu­run akhirnya menuju, puncak gunung Kelasa, sampai di puncak gunung, arah mata angin sudah jelas dilihat, ciri­-ciri sudah kelihatan.

183. I Bagus Diarsa terus menerus berjalan dengan cepat, tiba­ tiba ketemu tempat orang menanam padi ladang, banyak para gembala sapi memanggang ubi dan jagung, ada lagi yang memanggang belalang, ada pula yang bermain-main.

184. Orang menjaga padi ada yang bertembang, sangat ramai sekali di sana, ada yang meniup seruling, ada yang memu­kul kentongan, ada yang mengetam padi, laki istri berde­ret-deret, ada memikul ada yang menjunjung, membawa kelongkang muda, ada pula yang lain memukuli enau.

185. I Bagus Diarsa berjalan cepat, lewat dari tempat orang menanam sawah ladang sudah padi dilampaui, sekarang dice­ritakan segera sampai ia, di kota akhirnya, sesudah sore sampailah ia di rumahnya, istrinya sangat repot, membawa­ kan pencuci tangan, itulah tata cara orang baru datang,

186. I Bagus Diarsa tergesa-gesa mengambil tempat ayam sece­patnya memberi alas tempat ayamnya, sejak itu ayam itu diambil dari kisa, lalu dimasukkan ke dalam tempat ayam aduannya, lalu ditaruh di atas di sanggar, di atas bataran sanggar kemulan, lainnya, terlalu diutamakan ayamnya


32