tinya, ketiganya bagus, dilihat dari bawah ke atas dari atas ke bawah, lalu berkatalah Betara Guru, nanti setelah hari petang barulah kau tentukan, tentukan pilihanmu dari bunyi, waktu itulah kau akan dapat menentukan, yang akan diambil.
174. I Bagus Diarsa berkata dengan menyembah, saya menuruti perintah, konon hari sudah malam, lalu I Bagus Diarsa tidur di bawah meru, kira-kira hari telah menjelang pagi, salah satu berkokok, suaranya seperti manusia, mengatakan musuhnya.
175. Yang berkokok adalah ayam sangkur, menyatakan musuhnya Gusti Agung akan aku lawan, beliau akan mati, Bagus Diarsa berkata, inilah yang patut kuminta, diceritakan matahari sudah terbit, sinar matahari sudah berkilauan, menyinari dunia.
176. Para betara sudah bangun dan menyucikandiri, kemudian memuja, bau dupa sangat harum, setelah beryoga lalu turun, duduk di atas padma ratna lalu halus berkata bagaimana Bagus Diarsa, mana ayam yang kau pilih.
177. Bagus Diarsa berkata sembah, se sangkut itulah, kau kuminta sekarang, ya ambilah seekor, baik-baiklah kau ngadu ini bawa senjatanya, kamu taruhi dengan bunga-bunga, itu bunga ratna yang merah, dan putih yang kau petik.
178. Yang merah mirah bunganya, serba istimewa, yang putih intan bunganya, lalu I Bagus Diarsa memetik, banyaknya satu bungkus, Bagus Diarsa menyembah, Tuhanku lagi saya memohon, saya meminta bekal, apa ada bekal saya pulang?
179. Sanghyang Guru mengangguk, I Bagus Diarsa, turun lalu menyucikan diri, akhirnya habis mandi, sehabis diperciki tirta, sudah diperciki itu lalu betara sudah pantas bertemu dengan kebahagiaan/kebaikan, sempurna dan panjang umur, tidak akan kena cacat apa pun.
31