Kaca:Geguritan Bagus Diarsa.pdf/32

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

tinya, ketiganya bagus, dilihat dari bawah ke atas dari atas ke bawah, lalu berkatalah Betara Guru, nanti setelah hari petang barulah kau tentukan, tentukan pilihanmu dari bunyi, waktu itulah kau akan dapat menentukan, yang akan diambil.

174. I Bagus Diarsa berkata dengan menyembah, saya menuru­ti perintah, konon hari sudah malam, lalu I Bagus Diar­sa tidur di bawah meru, kira-kira hari telah menjelang pagi, salah satu berkokok, suaranya seperti manusia, mengata­kan musuhnya.

175. Yang berkokok adalah ayam sangkur, menyatakan musuh­nya Gusti Agung akan aku lawan, beliau akan mati, Bagus Diarsa berkata, inilah yang patut kuminta, diceritakan matahari sudah terbit, sinar matahari sudah berkilauan, menyinari dunia.

176. Para betara sudah bangun dan menyucikandiri, kemudi­an memuja, bau dupa sangat harum, setelah beryoga lalu turun, duduk di atas padma ratna lalu halus berkata bagai­mana Bagus Diarsa, mana ayam yang kau pilih.

177. Bagus Diarsa berkata sembah, se sangkut itulah, kau ku­minta sekarang, ya ambilah seekor, baik-baiklah kau ngadu ini bawa senjatanya, kamu taruhi dengan bunga-bu­nga, itu bunga ratna yang merah, dan putih yang kau pe­tik.

178. Yang merah mirah bunganya, serba istimewa, yang putih intan bunganya, lalu I Bagus Diarsa memetik, banyaknya satu bungkus, Bagus Diarsa menyembah, Tuhanku lagi saya memohon, saya meminta bekal, apa ada bekal saya pu­lang?

179. Sanghyang Guru mengangguk, I Bagus Diarsa, turun lalu menyucikan diri, akhirnya habis mandi, sehabis diperciki tirta, sudah diperciki itu lalu betara sudah pantas berte­mu dengan kebahagiaan/kebaikan, sempurna dan panjang umur, tidak akan kena cacat apa pun.

31