Kaca:GEGURITAN MEGANTAKA.pdf/67

Saking Wikisource
Kaca puniki kavalidasi

dipanjangkan lagi.

45. Memang sudah kehendak Tuhan, segala yang diperbuat me- nemui penderitaan, suka dan duka itu tidak dapat dipisahkan, rupanya sejak dahulu, waktu belum lahir ke dunia, diberi tahu, akan menemukan baik dan buruk, hanya saya lupa, menyampaikan tentang diri yang baik, juga menderita sejak lahir.

46. Sampai sekarang belum menemukan kebahagiaan malahan dua kali penderitaan ditemui, ditinggal oleh ayah ibu, dan dibawa hanyut oleh hati muda, tidak ada ucapan yang baik, sudah menyerahkan diri, biar menjadi juru sapu, apalagi kalau diterima sebagai juru masak, oleh beliau adik kanda Raden Mantri, saya tidak berpikiran yang lain lagi."

47. Raden Dewi berkata dengan merdu, "Itu tidak keliru, kalau sudah jodoh, bagaimana menghindar, berdua dekat karena sudah ada yang menyebabkan (jodoh), marilah kalian masuk," lalu mereka berpegangan tangan, adiknya agak mundur, di belakang supaya menghalangi pandangan kakaknya berdua.

48. Persis seperti bidadari dari Sorga, I Supraba dan Letama lemah gemulai rupanya, segala gerak-geriknya pantas, setelah sampai di dalam istana, langsung menuju balai pangiasan (tempat bertamu), lalu disuguhi sirih, semuanya makan sirih, Raden Mantri Ambarapati melihat adiknya berdua.

49. Raden Ambarapati kemudian berkata, "Ya dinda saya sangat malu, mengambil kakakmu, saya mohon maaf dan mohon hidup, karena saya tidak tahu, akhirnya datang mengadu, tata cara dan segala perbuatan saya mengambil I Ambarasari, waktu di pulau Emas."

50. Mas Tilamnagara menjawab, dengan sujud, "Saya sangat gem- bira bagaikan kejatuhan matahari, pada waktu tengah malam, karena kanda telah sudi, mengambil orang yang menderita, umpamakan dia itu, anak ayam yang jatuh dalam jambangan, siapa orang yang mau mengambil, lain daripada tuanku."

51. Tidak diceritakan lagi di Taman sari, diceritakan yang meng-

67